Jakarta, Sudutpandang.id – Perhelatan olahraga terbesar bagi atlet tuli di kawasan Asia Tenggara, 2nd SEA Deaf Games 2025, resmi ditutup pada Senin 25 Agustus 2025, di GOR Universitas Negeri Jakarta.
SEA Deaf Games merupakan pesta olahraga regional dua tahunan yang mempertemukan atlet tuli dari berbagai negara Asia Tenggara.
Ajang ini bukan hanya menjadi wadah kompetisi, tetapi juga sarana memperkuat solidaritas, menumbuhkan semangat sportivitas, serta mempererat hubungan bilateral antarnegara, menjadikan olahraga sebagai alat pemersatu bangsa.
Adapun negara-negara yang turut serta dalam pesta olahraga ini antara lain Timor Leste, Brunei Darussalam, Thailand, Laos, Filipina, Malaysia, dan Indonesia sebagai tuan rumah.
Upacara penutupan berlangsung meriah dengan menampilkan parade kontingen, pemberian medali dan piagam penghargaan, serta penyerahan bendera tuan rumah kepada Malaysia yang akan menjadi penyelenggara 3rd SEA Deaf Games 2027.
Ketua Panitia Penyelenggara 2nd SEA Deaf Games 2025 dalam sambutannya menyampaikan rasa syukur dan apresiasi kepada seluruh pihak yang telah berkontribusi, mulai dari pemerintah, sponsor, relawan, hingga masyarakat.
“SEA Deaf Games bukan hanya tentang medali, tetapi tentang persahabatan, inklusi, dan keberanian untuk melampaui batas. Indonesia bangga bisa menjadi tuan rumah dan menyaksikan lahirnya banyak kisah inspiratif dari para atlet tuli,” ujarnya.
Indonesia sebagai tuan rumah berhasil menutup kompetisi dengan torehan prestasi membanggakan, sekaligus memperkuat komitmen untuk terus mendorong olahraga inklusif di tingkat nasional maupun regional.
Wakil Ketua Panitia SEA Deaf Games 2025, Geshka Prahara, juga menyampaikan terima kasih serta apresiasi kepada semua pihak yang terlibat.
“Mewakili Ketua Panitia SEA Deaf Games 2025, izinkan saya menyampaikan penghargaan dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Pemerintah Republik Indonesia yang telah memberikan dukungan penuh hingga acara ini dapat terlaksana, para atlet yang telah berjuang dengan penuh dedikasi, para ofisial, pelatih, dan pendukung yang selalu setia memberi semangat, para sponsor dan mitra yang mendukung keberlangsungan acara ini, serta para volunteer dan seluruh panitia yang bekerja tanpa kenal lelah demi kesuksesan perhelatan ini,” ungkap Geshka.
Ia menegaskan bahwa ajang ini bukan sekadar kompetisi, melainkan simbol persaudaraan antarnegara dan kebanggaan bagi komunitas tuli Asia Tenggara.
“Hari ini kita menutup sebuah perhelatan yang bukan hanya ajang kompetisi olahraga, tetapi juga wadah persaudaraan, persatuan, dan kebanggaan bagi komunitas tuli di Asia Tenggara. Ini adalah pengalaman pertama kali Indonesia menjadi tuan rumah SEA Deaf Games. Tentunya kami akan terus melakukan evaluasi agar penyelenggaraan ke depan dapat lebih baik,” tambahnya.
Ajang 2nd SEA Deaf Games 2025 diharapkan menjadi momentum bersejarah untuk semakin mempererat persaudaraan antarbangsa di Asia Tenggara, sekaligus membuka lebih banyak ruang dan kesempatan bagi komunitas tuli untuk berprestasi di kancah internasional.