Catatan Perjalanan dari Kyiv 1543 Tahun Kyiv di Tengah Perang

Kyiv
Catatan Perjalanan dari Kyiv 1543 Tahun Kyiv di Tengah Perang (Foto : Net)

“Bukan kemeriahan, tetapi banyak doa yang dipanjatkan warga Kyiv demi keselamatan, syukur atas hidup yang masih diberikan dan tentu saja elegi bagi sanak saudara yang meninggal sebagai pejuang di medan perang”

Oleh : Algooth Putranto

Setelah menempuh perjalanan hampir 30 jam dari Jakarta. Kami tiba di Kyiv, Ibu kota Ukraina Hari jadi kota yang seharusnya dirayakan dengan sukacita,vn hhmm terenggut oleh rasa was-was.

Ini kunjungan kedua kami. Tahun ini Satuan Tugas Anti Hoax Persatuan Wartawan Indonesia Pusat mengirimkan wakilnya untuk memenuhi undangan Conversation of the Free Ukraine and Indonesia yang diselenggarakan PR Army dengan dukungan Renaissance Foundation.

Tak berbeda dengan kunjungan pertama kami sebagai peserta Delegasi Masyarakat Sipil pada musim dingin di akhir 2023, hujan serangan Rusia masih terus terjadi. Setiap malam menjelang subuh, tidur nyenyak didampingi oleh ancaman. Maut sewaktu-waktu merenggut.

Sudah tiga tahun sejak Rusia melakukan invasi secara sepihak, hingga kini belum ada tanda-tanda adanya keinginan meletakkan senjata. Sudah tiga tahun ini, Hari kota Kyiv yang dirayakan pada hari Minggu terakhir bulan Mei berlangsung khidmat.

Bukan kemeriahan, tetapi banyak doa yang dipanjatkan warga demi keselamatan, syukur atas hidup yang masih diberikan dan tentu saja elegi bagi sanak saudara yang meninggal sebagai pejuang di medan perang, atau jadi korban angkara yang dikirimkan Rusia lewat udara.

Bahkan sehari sebelum kami tiba, Sabtu, (24/5/2025), Rusia melancarkan serangan drone dan rudal ke permukiman Kyiv yang menyebabkan kebakaran dan kerusakan. Menyebabkan sedikitnya delapan warga terluka dan setidaknya satu orang tewas tertimpa reruntuhan.

BACA JUGA  Suami Kiki Amalia Jadi Korban Penipuan Bisnis Batu Bara

Serangan tersebut diduga sebagai aksi balasan setelah serangan sekitar 800 drone militer Ukraina ke wilayah Rusia, termasuk ibu kota Moskow beberapa hari lalu, yang sampai membuat otoritas menghentikan sejumlah bandara.

Aksi saling serang terjadi beberapa jam setelah Rusia dan Ukraina menyelesaikan perundingan tahap pertama pertukaran tahanan yang disepakati dalam pembicaraan minggu lalu di Istanbul, Turkiye.

Khrystyna Shkudor, mantan wartawan televisi yang menjemput rombongan kami menuturkan masyarakat kota terbesar di Ukraina dengan populasi sekitar 3 juta jiwa telah membangun imunitas mental, tapi tetap saja ancaman serangan udara tidak bisa diabaikan.

Hal serupa diungkapkan Faisal M Perdana putra, Koordinator Fungsi Politik KBRI Kyiv pada dasarnya masyarakat Kyiv sudah membangun mental yang tangguh terhadap teror serangan udara.

“Meski sudah menganggap itu biasa, tetap saja serangan udara berbahaya,” tutur pria yang baru bertugas di Kyiv setahun terakhir.

Saya, hanya bisa manggut-manggut dan tersenyum mengumpulkan ingatan, teringat dua tahun lalu terbirit-birit kabur ke ruang bawah tanah tempat kami vcc. Bagaimana tidak suara ledakan meriam anti serangan udara, meski cukup jauh menggetarkan jendela. Ketar-ketir? Jelas!

Duka Saudari Jakarta.

Bagi warga Jakarta, Kyiv memanglah jauh. Dibanding Metropolitan Jakarta, kota terbesar di Ukraina yan dibelah Sungai Dnipro itu hanya memiliki populasi sekitar 3 juta jiwa, seperempat populasi dari Jakarta. Meski kecil, Kyiv adalah saudari Jakarta.

BACA JUGA  Perang Jalanan Pecah di Ibu Kota, Kemendagri Ukraina Keluarkan Imbauan

Kedua kota sudah menjalin kerja sama Sister City sejak 2007, di bidang pengelolaan dan pembangunan kota, transportasi umum, pertamanan dan kawasan rekreasi kota, perdagangan dan usaha skala kecil dan menengah, kebudayaan, pariwisata, olah raga, hingga pendidikan.

Sejak pembentukan sister city, kedua kota telah melaksanakan beberapa kegiatan, antara lain kunjungan Delegasi Transportasi Kyiv ke Jakarta pada tahun 2008 dan kehadiran Wakil Wali Kota Kyiv pada HUT ke-482 kota Jakarta tahun 2009.

Satu dekade kemudian, Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan, beserta sejumlah jajaran Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta menyambut kunjungan Wakil Walikota Kyiv, Khonda Maryna, dan Duta Besar Ukraina untuk Republik Indonesia, Volodymyr Pakhil, di Balaikota DKI Jakarta.

Sebagai tindak lanjut penyelenggaraan pameran foto tersebut, Pemerintah Kota Kyiv bermaksud menyumbangkan replika Patung Anne de Kiev, seorang tokoh historis dari Ukraina, untuk ditempatkan di Taman Cattleya, Tomang, Jakarta Barat.

Replika patung Anne de Kiev adalah karya pematung Konstantin Skrytutski, dibuat berdasarkan patung asli yang terletak di Ukraina. Dikenal sebagai Anne de Kiev di Perancis, tokoh ini juga lazim disebut Anne of Kiev, Anna dari Kyiv, atau Anna Yaroslavna (1032-1075).

Sebagai putri Yaroslav I dari Kyiv dengan istrinya Puteri Ingigerdi dari Swedia, Anne de Kiev merupakan permaisuri Perancis yang mendampingi Henry I, dan Wali Raja untuk putranya Phillip I. Jika di Indonesia kita memiliki Ibu Kartini maka bangsa Ukraina memiliki Anne atau Anna.

BACA JUGA  Polda Metro Jaya Kembali Temukan Korban Penipuan Komplotan Wowon

Bagi sejarah emansipasi perempuan, Anna de Kiev adalah potret seorang wanita terpelajar yang menguasai bahasa Cyrillic secara lisan maupun tulisan, satu hal yang jarang ditemukan pada masa itu.

Sayang kami tiba ketika angkara Rusia melingkupi Ukraina, kota indah yang berdiri pada tahun 482 Masehi tak kuasa untuk menutupi duka. Sejumlah sudut kota menampilkan kerusakan termasuk lingkungan Pecherskyi yang bersejarah.

Menariknya, di tengah kondisi darurat militer dan ancaman yang terus terjadi selalu ada optimisme. Dua sukarelawan yang kami temui. Sebut saja namanya Max dan Aisa nampak bersemangat sebagai sukarelawan.

Bersama penghuni apartemen yang umumnya kakek dan nenek yang terdampak serangan udara, keduanya bersatu padu mereka memungut reruntuhan. Pecahan kaca, puing beton, potongan baja runcing hingga kayu tajam mereka pungut dan kumpulkan agar tidak membahayakan.

Kedua remaja usia 18 tahun itu tetap bersemangat meski akhir Mei seharusnya menjadi saat mereka fokus belajar menghadapi ujian akhir. Tak lama kami berbincang, satu siswi lain bergabung. Pelan-pelan, satu per satu puing yang berserak duka menghilang dari jalanan.

JAKARTA, 25 Mei 2025.
*Penulis Algooth Putranto | Wartawan Suara Merdeka