Abdul Mu’ti: Muktamar 48 Muhammadiyah Harus Jadi Muktamar “Bersih”

Sekretaris Umum PP Muhammadiyah Prof Abdul Mu'ti. FOTO: dok.Ant

JAKARTA, SUDUTPANDANG.ID – Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Prof Abdul Mu’ti ingin penyelenggaraan Muktamar ke-48 Muhammadiyah dan Aisyiyah yang berlangsung pada 18-20 November 2022 di Surakarta, Jawa Tengah, menjadi muktamar yang “bersih”.

“Muktamar yang bersih. Pertama bersih lingkungan. Jangan sampailah Muktamar Muhammadiyah ini kemudian meninggalkan sampah, apalagi sampah yang berbahaya,” katanya dalam taklimat media yang diterima di Jakarta, Selasa (18/10/2022).

Kemenkumham Bali

Kedua, Mu’ti berharap muktamar ini bersih dari politik uang (money politic).

Menurutnya, politik uang sudah seperti adagium pada pemilihan-pemilihan level tertentu, di mana orang berebut untuk bisa memimpin dengan berbagai macam cara.

Namun bagi Muhammadiyah, muktamar harus dirayakan dengan gembira, pemilihan dilakukan secara suka cita.

BACA JUGA  KPK Tetapkan Eks Pejabat Dirjen Pajak Angin Prayitno Tersangka Pencucian Uang

“Di pemilihan-pemilihan level tertentu ada ungkapan maju tak gentar membela yang bayar, nah Muhammadiyah tidak boleh begitu. Kita jadikan muktamar ini muktamar yang bersih dari ‘money politic’,” katanya menegaskan.

Ketiga, Mu’ti berharap muktamar ini juga bersih dari intrik. Apalagi, di era media sosial seperti sekarang, produksi berita palsu, kecurigaan, dan fitnah begitu mudah terjadi untuk menyerang seseorang demi kepentingan segelintir pihak.

“Kalau sekarang itu orang ‘ghibahnya’ lewat WA. Bayangkan jika satu orang WA-nya punya 10 grup, 1 grup isinya 250 orang, itu menebar kebohongan ke 2.500 orang. Itu dosanya ‘murakab’. Oleh karena itu maka kita jadikan muktamar ini muktamar yang bersih dari intrik,” katanya.

BACA JUGA  Muhammadiyah Terbitkan Panduan Prokes Kegiatan Ramadan, Bukber Ditiadakan di Masjid

Terakhir, mengingat suasana perhelatan Pemilu 2024 yang sudah terasa tajam kendati masih jauh, Mu’ti berharap warga Muhammadiyah tidak bersikap gampang bingung, gampang kagum, dan gampang kecewa.

Warga Muhammadiyah, kata dia, harus cerdas dan mengutamakan tabayun.

“Ciri dari orang cerdas itu tidak ‘gumunan’, tidak gampang bingung. Baca kembali fikih informasi yang diterbitkan PP Muhammadiyah yang sayangnya oleh sebagian warga Muhammadiyah ini malah tidak dibaca. Nah, inilah yang saya kira penting kita bangun soliditas organisasi,” kata Abdul Mu’ti. (02/Ant)

 

Tinggalkan Balasan