Ahli kesehatan ingatkan lagi prokes 5M COVID-19

Neurolog Indonesia dr Andreas Harry, SpS (K) (empat dari kanan) ikut menggalang bantuan untuk membantu kebutuhan logistik dan asupan nutrisi tenaga kesehatan yang berjuang menangani COVID-19. Bersama tim sukarelawan memberikan bantuan untuk Rumah Sakit Darurat (RSD) Wisma Atlet Jakarta. FOTO: dok.ANTARA/HO-dok.dr Andreas Harry)

BOGOR, SUDUTPANDANG.ID – Ahli kesehatan yang juga neorolog dr Andreas Harry, SpS (K) mengingatkan kembali pentingnya menerapkan protokol kesehatan (prokes) 5M guna mencegah penularan COVID-19, yang di beberapa negara mengalami lonjakan kasus lagi.

“Bagi masyarakat, tetap lakukan penerapan prokes 5M karena 95 persen bisa untuk proteksi agar terhindar dari penularan COVID-19,” katanya saat dihubungi di Bogor, Kamis (13/10/2022).

Menanggapi melonjaknya lagi kasus positif di beberapa negara, seperti di Eropa, Selandia Baru dan juga Singapura, sukarelawan yang banyak terlibat dalam membantu menggalang bantuan nutrisi bagi tenaga kesehatan yang menangani COVID-19 itu menegaskan penerapan prokes adalah langkah yang harus dilakukan, terlebih ada kecenderungan abai kembali.

BACA JUGA  Neurolog: Instrumen Alat Musik Bisa Menjadi Terapi Pendukung Tangani Demensia

Prokes 5M, kata Andreas Harry, yang juga anggota Asosiasi Peneliti Alzheimer Internasional (AAICAD), bisa diterapkan untuk membantu pencegahan penularan COVID-19.

Ia mengulangi prokes 5M yang sudah sering disampaikan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dan pihak lainnya, yakni pertama: mencuci tangan, sekurangnya selama 20 detik dengan menggunakan air bersih dan sabun cuci tangan agar kuman dapat mati.

Kedua, menggunakan masker, yakni salah satu prokes yang wajib dilaksanakan, terutama saat diluar rumah dan saat beraktivitas sehari-hari.

Ketiga, menjaga jarak, untuk menghindari terkena “droplets” atau cipratan dari orang yang bicara, batuk, atau bersin, serta menghindari kerumunan, keramaian, dan berdesakan.

Keempat, menjauhi kerumunan, karena semakin banyak dan sering bertemu orang dan berkomunikasi dengan orang banyak, maka kemungkinan terinfeksi virus COVID-19 pun semakin tinggi.

BACA JUGA  Neurolog: Pengembalian "Prof Bus" Jadi Dekan FK Unair Benar Secara Akademik dan Profesi

Sedangkan kelima, mengurangi mobilitas, yakni prokes yang perlu dilakukan untuk tidak keluar rumah kecuali terdapat keadaan yang mendesak.

Penerapan aturan kerja seperti bekerja dari rumah (WFH) dan bekerja di kantor (WFO), katanya, juga merupakan salah contoh penerapan untuk mengurangi mobilitas di luar rumah.

Menurut ahli saraf lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (FK Unair) itu, karena saat ini kondisinya masih pandemi, maka virus sangat sulit hilang.

“Virus masih bermutasi terus, sehingga penerapan prokes seperti 5M itu, mesti harus dilakukan sebagai upaya pencegahan,” kata Andreas Harry. (Red/ANT)

Tinggalkan Balasan