Jakarta, Sudut Pandang.id-Ketua Forum Masyarakat Dayak Paser Balik, Raida mempertanyakan pihaknya sebagai penduduk asli tidak dilibatkan saat kehadiran Presiden Joko Widodo (Jokowi) di lokasi ibu kota negara (IKN) baru di Sepaku Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur, Selasa (17/12/2019) lalu.
“Padahal dari aparatur Kecamatan Sepaku mengetahui akan keberadaan kami, apakah kami hanya dijadikan objek atau penonton saja?. Kami memohon kepada Pak Jokowi tidak membiasakan hal-hal semacam ini,” kata Raida, dikutip dari detik borneo di Jakarta, Kamis (19/12/2019).
Raida menerangkan, tradisi kebudayaan menyambut tamu besar biasanya diadakan ritual adat “Tipong Tawar Toli Lenga”, dan membuka lahan luas mau berladang adat Paser disebut “Ritual Sengiang” atau “Sabiseba” dengan “Penunggu Penuwon”. Sedangkan membangun rumah atau istana juga diadakan ritual.
“Tradisi “Tipong Tawar Toli Lenga dan Sangiang atau Sabiseba” untuk memohon kepada Sang Pencipta rencana baik ini dikabulkan, tapi yang jadi kenyataan jauh sekali,” terangnya.
Padahal, kata Raida, saat Seminar Nasional Dayak di kantor Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Jakarta, Kamis (17/10/2019) lalu, usulan para Tokoh Dayak yang hadir sangat luar biasa. Usulan itu untuk memelihara dan tidak meninggalkan tradisi kearifan lokal Dayak Paser Balik sebagai penduduk asli.
“Dengan kesedihan ini, bukan berarti kami menghalangi pemindahan ibu kota negara, tapi tolong hormati adat istiadat kami,” tegas Raida.(red/sp)