SINGAPURA, SUDUTPANDANG.ID – Didorong ketakutan meluasnya konflik di Timur Tengah dan mengganggu pasokan dari salah satu wilayah penghasil minyak terbesar di dunia, harga minyak naik pada akhir perdagangan Kamis (Jumat pagi WIB).
Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Desember naik 77 sen atau 0,8 persen ke posisi 93,15 dolar AS per barel pada pukul 00.42 GMT. Minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman November naik 99 sen atau 1,1 persen menjadi 90,36 dolar AS per barel, sedangkan kontrak WTI untuk Desember yang lebih aktif naik 76 sen menjadi 89,13 dolar AS per barel.
Keduanya membukukan kenaikan mingguan kedua karena sebuah ledakan di rumah sakit Gaza, Palestina pada pekan ini dan antisipasi serangan darat oleh pasukan Israel meningkatkan ketakutan konflik meluas di Timur Tengah.
“Faktanya ini cukup menakutkan, seperti segala sesuatunya bisa menjadi tak terkendali,” kata analis IG, Tony Sycamore.
Menurut Sycamore, kekhawatiran yang lebih besar adalah eskalasi ketegangan yang kemungkinan akan kita lihat sehubungan dengan Pasukan Pertahanan Israel (IDF) yang memasuki Gaza pekan ini, yang berarti risiko meningkatnya harga minyak mentah.
Menteri Pertahanan Isreal Yoav Gallant mengatakan pada pasukan yang berkumpul di perbatasan Gaza pada Kamis (19/10) bahwa mereka akan segera melihat enklave Palestina “dari dalam”, menunjukkan bahwa invasi darat yang diperkirakan semakin dekat.
Sementara itu, AS mencegat rudal yang ditembakkan dari Yaman menuju Israel, kata Pentagon.
Menurut Sycamore, harga minyak WTI bisa meningkat menuju level pada akhir September yaitu 95,03 dolar AS per barel jika menyentuh level resisten 91,5 dolar AS per barel
Harga minyak juga didukung oleh perkiraan defisit yang melebar pada kuartal keempat setelah produsen minyak utama Arab Saudi dan Rusia memperpanjang pemangkasan pasokan hingga akhir tahun dan di tengah rendahnya persediaan minyak di AS.
Departemen Energi AS pada Kamis (19/10) menyatakan, Washington sedang berusaha membeli enam juta barel minyak mentah untuk dikirim ke Strategic Petroleum Reserve pada Desember dan Januari seiring dengan rencana negara tersebut untuk mengisi kembali persediaan darurat.
Sementata itu pencabutan sementara sanksi minyak AS terhadap anggota OPEC Venezuela sepertinya tidak memerlukan perubahan kebijakan apapun dari kelompok produsen minyak OPEC+ untuk saat ini karena pemulihan produksi kemungkinan berjalan bertahap, kata beberapa sumber OPEC+ kepada Reuters.
Perusahaan minyak milik negara Venezuela PDVSA mulai menghubungi pelanggan dengan kontrak pasokan minyak mentah untuk melanjutkan penjualan tunai ke kilang global, kata dua orang yang mengetahui hal tersebut pada Kamis (19/10). (02/Ant)