BOGOR-JABAR, SUDUTPANDANG.ID – Dalam upaya melakukan inovasi guna menciptakan manfaat ekonomi sekaligus berdimensi ekologi, PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk melakukan program budi daya lebah madu dan jangkrik di kawasan “Taman Serangga” dengan menggandeng kelompok tani (poktan) di desa-desa mitra kawasan pabrik di Citeureup, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
“Inovasi dari program ini adalah mengelola lahan di dalam tambang, tidak hanya dengan revegetasi namun juga mengembangkan budi daya yang memiliki manfaat ekonomi (pendapatan masyarakat) dan ekologi (keanekaragaman hayati),” kata Manajer Divisi Corporate Social Responsibility and Security (CSRC) Indocement, Gadang Wardono di Bogor, Senin (30/12/2025).
Dalam rangka melihat program budi daya lebah madu dan jangkrik itu, pada Kamis (26/12) pihaknya melakukan program kunjungan lapangan jurnalis di kawasan “Taman Serangga” di dalam Wilayah Izin Usaha Pertambangan (WIUP) batu gamping, lahan pasca-tambang Quarry D, yang berbatasan langsung dengan Desa Lulut dan Desa Leuwikaret, Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor.
Poktan yang digandeng dalam program tersebut adalah “Sauyunan”, yang beranggotakan masyarakat dari Desa Lulut dan Desa Leuwikaret.
Pengelola “Roemah Jangkrik” Kholid Samsur Rijal menjelaskan jangkrik sudah bisa panen pada 36 hari dan perawatannya cukup mudah.
Menurut dia untuk jangkrik cukup disediakan makanan seperti pelepah pisang, daun singkong karet, dan bahan lainnya yang mudah didapatkan di aera sekitar.
Ia menjelaskan bahwa dari 1 kilogram (kg) telur bisa dipanen jangkrik 80 kg, bahkan bisa mencapai 112 kg jangkrik.
Untuk modalnya, kata dia, dari 1 kg telur seharga Rp200 ribu dengan pakan dan karung, keuntungan yang diperoleh bisa mencapai Rp1,3 juta.
“Keuntungannya rata-rata Rp800 ribu hingga Rp1 juta dari 1 kg telur,” katanya.
Saat ini, “Roemah Jangkrik” yang dikelolanya sebanyak 60 jodag (kotak).

Sementara iu menurut Gadang Wardono prospek jangkrik ini bagus dan untuk pasarnya masih banyak permintaan.
“Untuk jangkrik ini baru memenuhi permintaan dari Citeureup, Klapanunggal dan Gunung Putri, kalau untuk Cibinong dan daerah lainnya belum dipasok dari sini,” katanya dan menambahkan bahwa berdasarkan informasi yang dihimpun, produksi yang ada hanya bisa memasok untuk separuh atau 50 persen kebutuhan pasar di Bogor dan sekitarnya.
Ia menambahkan Poktan “Sauyunan” juga membudidayakan lebah di Rumah Lebah Trigona dengan masa panen madu enam bulan.
Madu dari lebah ini terbilang khas dengan rasa manis keasam-asaman. Harga madu jenis ini lebih mahal di pasaran.
Atas inovasi itu, kata dia, Indocement berhasil meraih penghargaan Eco-Tech Pioneer and Sustainability Award (EPSA), yaitu predikat Gold (Emas) untuk Kompleks Pabrik Citeureup, di mana penghargaan ini diterima oleh Indocement pada 31 Agustus 2024 di Semarang.
Program inovasi dari Citeureup yang berhasil meraih predikat Gold untuk kategori Ecosystem Protection yang berjudul “Taman Serangga dan Hutan Vegetasi Serangga.
EPSA adalah ajang penghargaan yang diselenggarakan oleh Universitas Dipenogoro melalui Departemen Teknik Lingkungan, bertujuan untuk mengapresiasi perusahaan-perusahaan yang berinovasi dalam pengelolaan lingkungan dan pemberdayaan masyarakat.
Ketua Dewan Pertimbangan Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup (PROPER) KLHK< Prof Sudharto Hadi, Perwakilan Direktur Jenderal PPKL KLHK Ir Edy Nugroho Santoso selaku Direktur Pengendalian Kerusakan Lahan, serta Perwakilan Rektor Universitas Diponegoro dan Sekretaris Daerah Kota Semarang menghadiri acara ini. (Red/02)