JAKARTA, SUDUTPANDANG.ID – Kasus pemalsuan ijazah masih menjadi persoalan serius yang merugikan dunia pendidikan maupun dunia kerja di Indonesia. Tidak hanya institusi pendidikan dan perusahaan, masyarakat juga perlu meningkatkan kesadaran untuk melakukan verifikasi ijazah agar dokumen yang dimiliki benar-benar sah dan tercatat resmi.
Ketua PW Himpunan Sekolah dan Madrasah Islam Nusantara (HISMINU) DKI Jakarta, Lutfi Hakim Wahid, MM, menegaskan pentingnya penggunaan security printing sebagai solusi pencegahan.
“Dengan adanya security printing, Insya Allah bisa mencegah pemalsuan, perusakan, dan penipuan pada dokumen bernilai tinggi. Teknologi ini menggunakan fitur khusus seperti tinta keamanan, hologram, hingga elemen tersembunyi yang sulit ditiru. Dengan begitu, keaslian dokumen dapat terjamin sekaligus melindungi data sensitif serta kekayaan intelektual,” ujar Gus Luthfi dalam keterangannya, Sabtu (27/9/2025).
Menurut Gus Luthfi, penggunaan teknologi cetak modern yang dilengkapi fitur keamanan tingkat tinggi akan membuat setiap ijazah dan transkrip akademik terlindungi dari upaya pemalsuan maupun penyalahgunaan.
Ia menyampaikan hal tersebut saat menghadiri Seminar Nasional Pendidikan dan Training of Trainer PP HISMINU di Gedung Balai Guru dan Tenaga Kependidikan DKI Jakarta, Jumat (26/9/2025).
“Dengan sistem ini, ijazah bukan hanya menjadi dokumen formal, tetapi juga memiliki lapisan keamanan yang mampu menjaga kredibilitas lembaga pendidikan,” tambahnya.

Fenomena pemalsuan ijazah seringkali merugikan banyak pihak. Perusahaan bisa tertipu dengan tenaga kerja yang tidak kompeten, sementara institusi pendidikan kehilangan kredibilitas. Karena itu, Gus Luthfi menekankan bahwa verifikasi ijazah harus menjadi kebiasaan, baik bagi lembaga maupun individu.
HISMINU berkomitmen untuk terus mendorong penggunaan teknologi modern dalam dunia pendidikan, termasuk penerapan security printing pada dokumen resmi.
“Harapannya, hal ini mampu meningkatkan transparansi, akuntabilitas, dan perlindungan data akademik di era digital,” pungkas Gus Lutfi.(PR/04)