Setelah kejadian itu, tepatnya pada 11 Maret 2011, TNI AL secara resmi bergabung dengan IFC, melengkapi jumlah negara anggota yang sudah terlebih dahulu berpartisipasi dalam organisasi tersebut.
Dua puluh empat perwira menengah, sebagian besar berpangkat Mayor, namun pernah pula Letnan Kolonel, telah ditugaskan sebagai penghubung atau international liaison officer (ILO) di lembaga itu oleh Mabes TNI AL hingga kini.
Kehadiran otoritas keamanan maritim Indonesia dalam IFC ke depan kemungkinan akan bertambah kuat dengan akan bergabungnya Badan Keamanan Laut (Bakamla). Ketika masih menjabat sebagai Kepala Bakamla, Laksdya Achmad Taufiqoerrochman telah mengirim surat keinginan bergabung alias declaration of intent kepada IFC.
Niatan perwira tinggi ini sepertinya berangkat dari kedekatannya dengan IFC yang terbangun ketika ia menjadi komandan operasi pembebasan KM Sinar Kudus yang disandera oleh perompak Somalia pada 2011.
Tapi kabarnya ada persoalan internal Bakamla, sehingga rencana tadi terhenti untuk sementara. Jika kelak lembaga ini betul-betul jadi bergabung, Bakamla merupakan anggota IFC kedua yang bukan matra laut. Dari 20 anggota IFC yang ada saat ini, hanya Filipina yang tidak menempatkan AL-nya. Negeri Duterte ini menugaskan perwira Philippine Coast Guard (PCG). Informasi terbaru, kini seorang perwira AL Filipina telah pula ditempatkan di IFC.