KLUNGKUNG, SUDUTPANDANG.ID – Untuk mencapai tujuan hidup yang bebas dan Jagathita sesuai ajaran Dharma, dapat dilakukan melalui tiga jalan mulia.
“Taled, Tulad dan Tulud’ yaitu memiliki kekuatan dalam mengendalikan indria, mampu menjadi tauladan atau tauladan bagi orang lain.
Agar semua umat senantiasa berjalan di atas Dharma sebagai sumber kebenaran dan
mampu memotifasi diri dan orang lain sebagai jalan menuju Moksartam Jagathita Ya Chaiti Dharma.
Hal ini disampaikan oleh Parisada Kabupaten Klungkung Jero Mangku Wayan Sumajaya, saat memberikan cemarah perdananya di Pasraman Sri Taman Ksetra desa Pikat Kecamatan Dawan Kabupaten Klungkung, Minggu (6/6/2021) siang.
Berdasarkan kutipan lontar Niti sastra karya Mpu Tanakung, ia mengatakan, Taki takining Sewaka Guna Widya yang memiliki makna, bahwa setiap manusia wajib menimba ilmu pengetahuan/Widya dan memiliki Budi pekerti/guna (moralitas) sebagai bekal hidup dalam menjalani hidup di kehidupan ini.
Menurutnya, setiap kopetensi di kehidupan ini ilmu pengetahuan sangat penting untuk mencapai hidup sehahtera di jalan Dharma.
“Manusia tidak akan memiliki kwalitas hidup tanpa ilmu pengetahuan dan kopetensi,” ungkapnya.
“Begitu pula disisi lain manusia tidak akan menemukan kedamaian, kesejahteraan dan ketentraman hati tanpa budi pekerti yang baik,” sambungnya.
Maka dari itu, dirinya mengajak seluruh umat yang hadir agar memiliki keseimbangan hidup antara kepintaran dan budi pekerti yang luhur.
“Itulah sejatinya sahabat manusia yang paling setia,” jelasnya.
Ia menuturkan ‘Norano Mitra Manglwihana Wara Guna Maruhur’, yang artinya tiada sahabat yang paling setia selain kepintaran dalam ilmu dan kekuatan dalam pengendalian diri. Kedua-duanya akan mengikuti kemana manusia itu pergi.
“Ketika budi pekerti manusia baik, pasti akan melahirkan kedamaian, begitu pula ketika kedamaian merasuki sukma akan terwujud prilaku yang mengarah kerahayuan bagi semua orang,” tuturnya.
“Seperti yang ditulis dalam lontar Arjuna Wiwaha Sang satsat metu yan hana wang amuter tutur pinahayu (Barang siapa yang selalu berbuat, berbicara dan berfikir kearah kerahayuan, disana Hyang Widhi hadir),” jelasnya.
Di Bali hal ini, lanjutnya, sarat dengan upacara mewinten tat kala umat yang ingin menapaki jalan kesucian. Dimana kata mawinten berasal dari kata intan yang berarti menjadikan dirinya seperti intan yang bening, hening jernih tanpa noda. Atau juga disebut Sudha, Sadhu dan Sidhi (memiliki kesucian, kejujuran dan mampu mengendalikan indria).
Sesungguhnya hidup ini adalah belajar, agar memiliki ilmu dan pengetahuan. Sehingga saatnya nanti kita pulang ke ayah dan pangkuan ibu pertiwi, bisa mendapat jalan terang menuju alam yang mulia. ‘Patilaring Atmeng Tanu Paguroken’ belajar kematian mesti dari guru di jalan Dharma, sehingga bisa terlahir dialam yang mulia.
“Mari kita menyiapkan diri untuk bekal kematian dengan mempelajari kematian sebelum mati,” tutur Jero Mangku yang akrab disapa Jero Mangku Sidha Karya.(one)