JAKARTA, SUDUTPANDANG.ID – Gejala COVID-19 varian Omicron dianggap sangat “enteng” oleh dokter di Afrika Selatan ketimbang pendahulunya.
Varian ini pertama kali ditemukan di negara yang sama dan menyerang orang-orang berumur 20 hingga 30 tahunan. Dokter menganggap rentang usia demikian secara umum mengalami gejala ringan.
Dilansir dari laman NBC Chicago, menurut seorang dokter umum di provinsi Gauteng, Dr. Unben Pillay, gejala yang ditunjukkan pasien berupa batuk kering, demam, berkeringat di malam hari, dan nyeri di berbagai bagian tubuh.
Selanjutnya, pada 18 November 2021, ketua Asosiasi Medis Afrika Selatan, Dr. Angelique Coetzee melalui BBC mengatakan munculnya gejala tidak biasa pada pasien yang cukup berbeda dengan gejala varian delta.
Gejala ini dialami oleh seorang pria berusia 33 tahun. Pria ini berkata ia mengalami kelelahan selama beberapa hari mengalami COVID-19, diikuti oleh nyeri di berbagai bagian tubuh dan sakit kepala. Ia mengalami gatal pada tenggorokan, tetapi tidak mengalami batuk-batuk maupun anosmia.
Banyak pasien yang mengalami gejala sama. Kolega Coetzee juga melaporkan hal yang sama terhadap pasien-pasiennya. Tingkat rawat inap rumah sakit di Afrika Selatan juga mengalami peningkatan, tetapi bukan eksklusif diakibatkan oleh varian omicron, melainkan jumlah keseluruhan kasus.
Menurut data WHO, seseorang yang pernah mengalami positif Covid-19 memiliki risiko lebih tinggi tertular varian Omicron. Vaksin masih diperlukan untuk mengurangi keparahan Covid-19 dan kematian.
Secara umum, data menyangkut varian Omicron masih kurang, termasuk tingkat penularan, gejala, hingga keparahan penyakit. WHO masih bekerja sama dengan berbagai peneliti di seluruh dunia untuk mempelajari varian Omicron lebih lanjut.