Jakarta, SudutPandang.id-Praktisi Hukum senior Muara Karta angkat bicara terkait penangkapan kedua pelaku berinisial RB dan RM, yang diduga penyiram air keras terhadap Novel Baswedan.
Muara Karta mengaku tidak habis pikir dengan alasan yang dikemukakan oleh anggota Polri aktif itu, terkait penyerangan terhadap Novel pada (14/4/2017) silam. RB, salah satu pelaku mengatakan kesal terhadap penyidik senior Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) itu, karena menganggapnya sebagai penghianat.
“Keterangan Brigadir yang ditangkap itu tidak masuk akal sehat kita. Apa kepentingan, dan hubungan emosional kedua orang yang ditangkap ini dengan Novel Baswedan? Kenapa kedua orang ini harus pasang badan?,” ujar Muara Karta kepada SudutPandang.id, Sabtu (28/12/2019) malam.
Menurut Muara Karta, perkara penyerangan yang menyebabkan mata sebelah kiri Novel terluka parah tidak cukup hanya menangkap kedua polisi berpangkat Brigadir saja.
“Motifnya harus bisa diungkap, karena ada indikasi hubungan yang kurang mesra di antara kedua institusi lembaga ini. Sehingga saling tuding serta saling tarik menarik kepentingan, dan ini pun tidak lepas dari pantauan Presiden Jokowi,” kata Ketua Lembaga Hukum Iluni Universitas Indonesia (UI) ini.
Untuk mengusut tuntas kasus ini, ia menyarankan agar Polisi, Komnas HAM dan KPK bekerjasama guna mengungkap siapa otak sebenarnya di balik ini semua.
“Seandainya ada order dari oknum pimpinan petinggi Kepolisian untuk penyiraman air keras terhadap Novel Baswedan, maka Kapolri harus berani menindak serta mengungkapnya dan untuk menyampaikan kepada publik,” tandasnya Advokat senior itu
“Secara garis besarnya, karena keterangan Brigadir yang ditangkap itu sama sekali tidak masuk akal sehat kita. Biar Kapolri Idham Aziz dan Kabareskrim yang membongkarnya, karena kita mengetahui kedua orang ini tidak ada beban untuk menangkap serta menyeret otak di balik ini semua,” pungkasnya.(um)