BOGOR-JABAR, SUDUTPANDANG.ID – Lembaga pendidikan yang menaungi beberapa sekolah menengah kejuruan (SMK) berbasis kewirausahaan yang berkantor pusat di Kota Bogor, Jawa Barat, Yayasan Prawiratama Indonesia bermitra dengan pihak swasta dalam usaha peternakan ayam petelur.
“Kami bermitra melalui Program ‘Inti Plasma Bina Mandiri’ dalam bidang peternakan ayam petelur sebagai wujud pengembangan wirausaha,” kata Ketua Yayasan Prawitama, Sutera Pramitaratri di Kota, Bogor, Jumat (13/12/2024).
Penandatanganan PKS itu dihadiri langsung oleh Pembina Yayasan Wikrama Indonesia — yang menaungi SMK Wikrama di sejumah daerah di Indonesia — Ir Itasia Dina Sulvianti, M.Si, yang juga dosen statistik di Institut Pertanian Bogor (IPB) University dan juga Wakil Kepala Sekolah Bidang Hubungan Industri SMK Wikrama Bogor, Muslih.
Kemitraan itu, kata dia, telah diwujudkan melalui penandatangan perjanjian kerja sama (PKS) antara dirinya sebagai pihak pertama dengan Direktur CV Selaras Inti Prima, Kusnan Kundori sebagai pihak kedua yang memiliki kapasitas sebagai perusahaan yang berfokus pada bidang perunggasan.
Kedua pihak sepakat untuk mengadakan PKS tentang Program Kemitraan Plasma Bina Mandiri dalam mengembangkan peternakan ayam petelur di SMK Wikrama yang ada di beberapa daerah.
Termasuk di dalamnya, adalah sekolah mitra dan bahkan juga untuk membantu para orang tua murid untuk mendapatkan manfaat ekonomi dalam usaha tersebut.
Dalam PKS disebutkan bahwa pihak pertaama menyediakan paket sarana produksi ternak (Sapronak) berupa kndang bibit (pullet), pakan, obat-obatan, dan bimbingan pemeliharaan ayam petelur.
Sapronak yaitu semua bahan dan peralatan yang dibutuhkan dalam proses beternak, dalam hal ini meliputi kandang, pullet/bibit, obat-obatan, dan pakan ternak.
Sedangkan pullet adalah ayam petelur betina muda yang berusia 12-16 minggu dan siap untuk bertelur.
Pihak kedua sebagai lembaga pendidikan yang menaungi beberapa SMK berbasis kewirausahaan adalah pengguna atau Mitra Program dari pihak pertama.
Menurut Sutera Pramiraratri kerja sama ini bertujuan membuka pasar dan peluang berwirausaha bagi sekolah-sekolah binaan yayasan dalam bentuk penyediaan dan pembinaan pengelolaan ternak ayam petelur.
Sedangkan lingkup kerja sama selain penyediaan Sapronak, kata dia, juga pembinaan cara pengelolaan ternak, pembinaan dan pelatihan pembuatan pakan ternak.
Ia menambahkan target pasar dalam program ini merupakan orang tua siswa sekolah binaan yayasan dan juga masyarakat umum mitra.
Lingkup lainnya, yakni berupa bantuan penjualan hasil ternak oleh pihak pertama ke pasar dan akses lainnya milik pihak kedua.

Kebutuhan Telur Tinggi
Sementara itu Kusnan Kundori menyatakan bahwa sebagai salah satu komponen dalam sembilan bahan pokok (sembako), permintaan telur ayam di Indonesia terus meningkat dengan harga yang relatif stabil, sehingga memberikan prospek bisnis yang cukup menjanjikan.
“Kebutuhan telur ayam terus meningkat, karena telur merupakan salah satu sumber protein hewani yang penting. Target pasar produk ini sangat luas, mulai dari pasar rumah tangga, industri makanan dan minuman, segmen hotel, restoran dan catering, serta pasar telur khusus, berupa telur yang mengandung omega tinggi,” kata alumni Fakultas Kedokteran Hewan IPB University itu.
CEO peternakan ayam petelur “Quanta Farm” di Bogor itu itu menambahkan sektor rumah tangga merupakan segmen pasar terbesar dan paling konsisten dari telur ayam.
“Walaupun masih di bawah beberapa negara di dunia, konsumsi telur ayam per kapita di Indonesia mencapai 6,7 kilogram per tahun,” katanya.
Selain itu, kata dia, Program Makan Bergizi/Sarapan Bergizi Gratis yang dicanangkan oleh pemerintahan baru Presiden Prabowo Subianto juga membuat bisnis peternakan ayam telur semakin menjanjikan.
“Program dari pemerintahan ini dipastikan membuat permintaan telur naik, sehingga pasar produk ini akan terus tersedia,” katanya.
Sasaran Program Makan Bergizi Gratis itu mencakup siswa sekolah dan pesantren, serta bantuan gizi untuk anak balita dan ibu hamil/menyusui dengan risiko anak stunting, menurut dia, membutuhkan asupan telur di dalamnya sehingga kebutuhannya sangat besar.
Mengutip Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) Dadan Hindayana dalam sebuah kegiatan “BNI Investor Daily Summit 2024” pada Selasa (8/10/2024), Kusnan menyebutkan bahwa kebutuhan harian bahan baku untuk program makan bergizi gratis, yakni 82 juta butir telur ayam dan 500 liter susu sapi, di mana dipastikan kebutuhan itu akan dipenuhi seluruhnya di dalam negeri. (Red/02)