KOTA BEKASI, SUDUTPANDANG.ID – Menjelang Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ) ke-XXVII Kota Bekasi 2025, pengurus Ponpes IPTEK Yasfi 2 Jatiasih, Ustadz Shalahuddin Malik, menekankan pentingnya pola pembinaan berkelanjutan bagi calon peserta. Ia menilai, kebiasaan seleksi instan menjelang lomba harus segera dihentikan demi mencetak qori dan qoriah berkualitas.
Menurutnya, proses pembinaan idealnya dilakukan sejak jauh-jauh hari, bahkan hingga dua tahun sebelum pelaksanaan MTQ.
“Kalau hanya instan, hasilnya tidak maksimal. Bekasi harus fokus menyiapkan kader terbaik dari putra-putri daerah sendiri, bukan mencari peserta cabutan dari luar,” tegas Shalahuddin di Bekasi, Selasa (23/9/2025).
Shalahuddin mengapresiasi kebijakan baru panitia yang melarang peserta dari luar Bekasi. Menurutnya, langkah tersebut akan mendorong official dan lembaga pendidikan Islam serius membina generasi Qur’ani lokal.
“Jika ada blacklist untuk peserta non-KTP Bekasi, itu sangat tepat. Dengan begitu, potensi asli putra daerah bisa benar-benar dikembangkan,” ujarnya.
Ia juga mengingatkan agar MTQ tidak dijadikan ajang formalitas atau sekadar gengsi tuan rumah.
“Juara harus diperoleh lewat kualitas, bukan tradisi tuan rumah otomatis menang. Kalau seperti itu terus, pembinaan jangka panjang tidak akan berkembang,” katanya.
Lebih lanjut, Shalahuddin menyebut Forum Komunikasi Pondok Pesantren (FKPP) Bekasi memiliki peran strategis dalam melahirkan bibit unggul qori dan qoriah. Ia menilai, Bekasi seharusnya mampu bersaing di tingkat provinsi, bahkan nasional.
“Selama ini, Bekasi belum pernah meraih juara umum MTQ tingkat provinsi. Itu bukti bahwa sistem pembinaan harus dibenahi secara serius,” jelasnya.
Salah satu kelemahan yang ia soroti adalah seleksi mendadak yang membuat peserta grogi dan gagal tampil maksimal. “Seleksi harus diumumkan jauh hari agar calon peserta bisa menyiapkan diri. Jangan ada lagi sistem panggilan mendadak,” tegasnya.
Di akhir pernyataannya, Shalahuddin menekankan bahwa MTQ tidak boleh berhenti pada lomba semata. Al-Qur’an harus diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.
“Jangan sampai Al-Qur’an hanya dilombakan tapi tidak diamalkan. Spirit MTQ adalah melahirkan generasi Qur’ani berakhlak mulia, bukan sekadar mengejar piala,” pungkasnya.(PR/04)