JAKARTA, SUDUTPANDANG.ID – Pasca merger atau penggabungan pada tahun 2022, PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) berhasil mencatatkan efisiensi dan optimalisasi senilai Rp1,3 triliun. Capaian ini sebagian besar berasal dari konsolidasi dan optimalisasi kapasitas finansial yang dilakukan perusahaan BUMN ini.
Tahun 2022 menjadi tahun perdana pasca merger PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) dengan keberhasilan perseroan mencatatkan efisiensi dan optimalisasi senilai Rp1,3 Triliun. Capaian ini sebagian besar berasal dari konsolidasi dan optimalisasi kapasitas finansial Pelindo.
Direktur Utama Pelindo Arif Suhartono menjelaskan, optimalisasi tersebut meliputi optimalisasi pembiayaan, relokasi aset, dan implementasi pengadaan bersama. Semua itu untuk mewujudkan kapasitas finansial lebih kuat sekaligus optimalisasi aset yang terintegrasi.
“Capaian ini merupakan cerminan manfaat dari penggabungan Pelindo yang hanya dapat diperoleh melalui sinergi antar entitas Pelindo Group sehingga pengelolaan segenap sumber daya perusahaan dapat dilakukan secara lebih efisien serta memberikan kontribusi pendapatan bagi negara yang maksimal,” ucap Arif Suhartono, dalam acara Media Gathering bertajuk “Sinergi Pelindo Group Pasca Merger” yang berlangsung di Jakarta, Rabu (12/4/2023).
Arif menjelaskan dengan pengelolaan yang tersentralisasi, Pelindo kini memiliki kendali strategis yang lebih baik, sehingga memudahkan dalam melakukan transformasi layanan operasi end-to-end.
“Seperti menciptakan standarisasi sistem layanan operasional pelabuhan yang sebelumnya berbeda beda antar pelabuhan. Beberapa sistem yang distandarisasi adalah TOS Nusantara untuk layanan peti kemas, NPK TOS untuk layanan non peti kemas dan phinisi untuk layanan kapal,” paparnya.
“Transformasi tersebut telah mendatangkan benefit untuk berbagai pihak. Bagi Pelindo sendiri, misalnya terjadi peningkatan efisiensi biaya operasional, potensi penambahan trafik, peningkatan kompetensi dan knowledge,” sambung Arif.
Bagi pelanggan, lanjutnya, dengan adanya pengurangan port stay dan cargo stay, dapat membantu pada penghematan biaya sewa dan operasional kapal bagi perusahaan shipping line.
“Pada akhirnya diharapkan dapat berkontribusi terhadap penurunan biaya logistik dan mendukung konektivitas maritim,” harapnya.
Peningkatan Kinerja dan Produktivitas
Ia menerangkan, salah satu hasil nyata penggabungan Pelindo di bidang operasional adalah adanya peningkatan kinerja dan produktivitas di sejumlah pelabuhan. Di mana peningkatan produktivitas bongkar muat diukur dengan parameter boks per kapal per jam (BSH) dan pengurangan port stay (waktu sandar kapal di pelabuhan) yang diukur dengan jumlah hari.
“Sebagai contoh di Terminal Peti Kemas (TPK) Belawan, jumlah bongkar muat naik lebih dari dua kali lipat dari 20 boks per kapal per jam hingga 60 boks per kapal per jam dalam kondisi optimum. Kecepatan bongkar muat itu membuat waktu sandar kapal dapat berkurang menjadi setengahnya, dari dua hari menjadi hanya satu hari,” terang Arif.
Ia mengungkapkan, peningkatan kinerja juga terjadi di TPK Makassar dan Terminal Makassar New Port, di mana waktu sandar dapat berkurang dari dua menjadi satu hari. Kemudian peningkatan kinerja terbaik ada di Terminal Peti Kemas Pelabuhan Ambon, di mana kecepatan bongkar muat naik hampir tiga kali lipat, dari 12 boks per kapal per jam menjadi 34 boks dalam kondisi optimum. Dampaknya, jumlah waktu sandar kapal dapat terpangkas menjadi dua bahkan satu hari.
“Secara keseluruhan, peningkatan produktivitas operasional mulai tercermin pada kinerja perseroan tahun 2022, di mana arus peti kemas tercatat sebesar 17,2 juta TEUs atau naik 2 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Sedangkan untuk arus barang mencapai 160 juta ton dengan kenaikan 9 persen, arus kapal mencapai 1,2 miliar GT meningkat 1 persen, dan arus penumpang menembus 15 juta orang dengan kenaikan 86 persen dibandingkan periode yang sama,” ungkap Arif.
Selain itu, kata Arif, pasca penggabungan Pelindo tidak hanya berfokus pada pengoperasian pelabuhan, namun juga mengambil peran strategis untuk mendukung pertumbuhan industri. Salah satunya melalui integrasi antara pelabuhan dengan kawasan industri, sehingga menciptakan biaya logistik yang lebih efisien.
“Milestone yang telah dicapai yaitu penyelesaian pembangunan dan pengoperasian Jalan Tol Cibitung Cilincing (JTCC). Dibangun untuk meningkatkan konektivitas Pelabuhan Tanjung Priok dan Area Hinterland / Kawasan Industri di timur Jakarta. Langkah ini diharapkan akan mengurangi risiko kongesti di jalan eksisting, sehingga dapat memberikan layanan logistik yang lebih efisien,” ujar Arif.
Fokus Utama
Pihaknya akan melanjutkan program pasca merger untuk membawa manfaat yang lebih besar bagi masyarakat terutama bagi Indonesia. Untuk tahun 2023, Pelindo memiliki beberapa fokus utama, salah satunya melanjutkan transformasi pelabuhan melalui kegiatan standarisasi dan sistemisasi untuk meningkatkan kualitas pelayanan.
“Fokus lain perusahaan pada tahun 2023 yaitu melakukan ekspansi bisnis melalui strategic partnership dengan global market leaders, penataan bisnis untuk meningkatkan efisiensi dan kompetensi masing masing unit bisnis, dan penyelesaian proyek strategis untuk mendukung pembangunan nasional seperti Bali Maritime Tourism Hub (BMTH), Kawasan Pendukung Pelabuhan Kijing, Makassar New Port, dan New Priok Eastern Access,” pungkas Arif.(PR/um/01)