JAKARTA, SUDUTPANDANG.ID – Perekonomian nasional pada triwulan I-2022 tercatat tumbuh 5,01 persen (yoy). Kepala Badan Kebijakan Fiskal, Kementerian Keuangan, Febrio Kacaribu mengatakan, penguatan stabilitas laju pemulihan ekonomi menjadi prioritas pemerintah di tahun 2022.
Salah satu strategi yang dilakukan dengan mendorong instrumen APBN sebagai shock absorber di masa pemulihan ekonomi. Agar tren pemulihan terus berlanjut dan semakin menguat dalam berbagai sektor pertumbuhan.
“APBN terus didorong sebagai shock absorber untuk tetap menjaga pemulihan ekonomi agar tetap berlanjut dan semakin menguat, menjaga penanganan kesehatan dan melindungi daya beli masyarakat miskin dan rentan, dan menjaga agar pengelolaan fiskal lebih sehat dan berkelanjutan dalam jangka menengah,” papar Febrio, Jakarta, Rabu (11/5/2022).
Dia menjelaskan, saat ini kondisi pandemi semakin terkendali. Sehingga membuat keberlanjutan pemulihan sektor swasta yang terus menguat dan memberikan ruang bagi normalisasi kebijakan fiskal.
“Seiring dengan membaiknya upaya penanganan pandemi, cakupan program vaksinasi, serta reliabilitas sistem kesehatan nasional, kebutuhan APBN untuk penanganan pandemi dapat dimoderasi,” imbuhnya.
Di sisi lain, daya beli masyarakat juga terus membaik ditandai dengan semakin kuatnya pertumbuhan konsumsi rumah tangga serta kondisi ketenagakerjaan nasional. Pada Triwulan I-2022, konsumsi rumah tangga mampu tumbuh 4,34 persen (yoy). Jika dibandingkan dengan Triwulan IV-2021 (qtq), konsumsi masyarakat yang merupakan kontributor terbesar PDB nasional masih mencatatkan pertumbuhan positif.
Tren ini sejalan dengan relatif tingginya mobilitas masyarakat di sepanjang kuartal I-2022 dibandingkan dengan kuartal I-2021. “Ini mencerminkan pemulihan konsumsi yang terus berlanjut,” ujar Febrio.
Selain itu, peningkatan lapangan kerja baru juga berperan vital dalam mengakselerasi pemulihan daya beli masyarakat. Tingkat pengangguran nasional turun dari 6,26 persen pada Februari 2021 menjadi 5,83 pada Februari 2022.
Sementara, meningkatnya kepercayaan pelaku usaha dan perbaikan ekonomi yang berkesinambungan juga turut mendorong aktivitas investasi, khususnya oleh sektor swasta. Peningkatan permintaan atas komoditas dan produk manufaktur unggulan nasional masih terus terjadi. Terutama di tengah disrupsi pasokan global dan konflik Rusia-Ukraina.
“Ekspor juga kembali mencatatkan pertumbuhan tinggi, sementara ekspansi produksi turut mendorong pertumbuhan impor. Begitu juga dengan peningkatan kunjungan turis mancanegara menyumbang pertumbuhan ekspor jasa,” tandasnya.(red)