SURABAYA, SUDUTPANDANG.ID – Gereja Bethany Surabaya disebut sebagai gereja terbesar di Indonesia, bahkan se-Asia Tenggara.
Dikutip dari situs resmi Kemenparekraf, Gereja Graha Bethany Nginden terletak di Jalan Nginden Intan Timur I Nomor 25, Nginden Jangkungan, Kecamatan Sukolilo, Surabaya. Gereja ini diperkirakan memiliki daya tampung mencapai 25.000-30.000 jemaat dalam perayaan keagamaan.
Sejarah Gereja Bethany Surabaya
Mengutip dari situs Sinode Gereja Bethany Indonesia, sebuah persekutuan doa yang dipimpin Pendeta Abraham Alex Tanuseputra pada tahun 1977 menjadi cikal bakal berdirinya Gereja Bethany Surabaya.
Persekutuan doa itu awalnya dihadiri 7-10 orang. Kegiatan tersebut diselenggarakan di sebuah garasi mobil rumah di Jalan Manyar Sindharu (sekarang Manyar Rejo) II/4 Surabaya, dan semakin hari mengalami perkembangan.
Hingga pada tahun 1978, Persekutuan Doa Bethany diubah menjadi sebuah gereja yang berada di bawah naungan Sinode Gereja Bethel Indonesia dengan jumlah anggota sebanyak 200 jemaat. Bersamaan dengan itu, ada sebuah tempat beribadah, rumah di Manyar Sindharu I/29 Surabaya yang lebih dikenal “Gedung Doa”.
Jemaat pun semakin meluas. Pada tahun 1980-1982, terjadi peningkatan jumlah jemaat mencapai 1.000 jiwa. Gereja Bethany masuk ke dalam pergerakan kharismatik, dan memelopori pelayanan “pujian dan penyembahan”.
Seiring berjalannya waktu, jemaat semakin bertambah, gereja pun membeli sebidang tanah di Manyar Sindharu I/33 Surabaya. Di tanah tersebut, berdiri “Awning” sebagai tempat beribadah.
Tahun 1985, Gereja Bethany diberkati sebuah tanah berukuran cukup luas terletak di sebelah bangunan “Awning”. Tempat di mana Gereja Bethany Manyar berdiri saat ini, tepatnya di Manyar Rejo II/36-38 yang saat itu didirikan sebuah gedung gereja dengan kapasitas sebanyak 3.500 tempat duduk.
Kala itu, gereja yang awalnya berpusat di Manyar Sindharu II/36-38 (sekarang Manyar Rejo) semakin meluas dengan dibukanya beberapa cabang, baik di Surabaya maupun luar kota.
Tahun 1986, Gereja Bethany Manyar selesai dibangun dan diresmikan Wali Kota Surabaya Purnomo Kasidi. Sejak saat itu, Gereja Bethany Manyar digunakan sebagai tempat peribadatan dan pusat kegiatan Gereja Bethany.
Pada tahun 1986, Pendeta Abraham Alex Tanuseputra menyerukan kepada para jemaat untuk membangun sebuah gedung ibadah yang lebih besar. Alasannya semakin banyaknya jumlah jemaat yang ikut bergabung.
Setelah kegiatan doa, dibeli sebidang tanah seluas kurang lebih 6,8 hektare di kawasan Nginden. Lalu dilakukan peletakan batu pertama pembangunan Gereja Bethany Nginden.
Tahun 1993, Gereja Bethany dapat melanjutkan kegiatan pembangunan gedung baru yang mana pematokan tiang pancang pembangunan Gereja Bethany Nginden dilakukan Wali Kota Surabaya Purnomo Kasidi. Semakin bertambahnya jumlah jemaat membuat 2.600 tiang pancang terpenuhi.
Pada 1995, ketika jemaat Bethany mencapai usia 17 tahun, ladang pelayanan semakin berkembang. Pelayanan Gereja terbagi ke dalam tiga wilayah, di antaranya wilayah barat (meliputi DKI Jakarta, Jawa Barat, Sumatera, dan Kalimantan Barat), wilayah tengah (Jawa Timur, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Selatan), serta wiilayah timur (Bali, Nusa Tenggara Timur, Timor-Timor, Maluku, dan Papua. Dari ketiga wilayah tersebut dibuka 60 cabang Gereja Bethany.
Tahun 1996, tepatnya pada hari ulang tahun ke-18, Gereja Bethany mempunyai 100 cabang di dalam maupun luar negeri. Sebagai bentuk ucapan syukur, jemaat Bethany mengadakan seminar tahunan untuk pertama kalinya.
Seminar tersebut bertajuk “Seminar Pertumbuhan Gereja” dengan mengusung tema “Serve Your Generation” dan sub tema “Gereja Berkembang Tanpa Batas Menyongsong Kedatangan Yesus”. Acara digelar di Gereja Bethany Manyar Rejo II/36-38 Surabaya.
Sejak saat itu, dirancang seminar tahunan yang menjadi ciri khas Gereja Bethany. Tahun 1997, jemaat semakin bertambah dan dibuka 254 cabang. Pada ulang tahun ke-20, jumlah cabang bertambah menjadi 479 cabang.
Pada 1999-2001, Gereja Bethany kian berkembang menjadi 1.000 cabang yang tersebar di berbagai wilayah, baik di dalam maupun luar negeri. Sebagian besar telah menjadi gereja lokal yang mandiri.
Surabaya – Gereja Bethany Surabaya menjadi tempat puncak perayaan Natal Nasional yang akan diselenggarakan pada 27 Desember 2023. Natal Nasional itu rencananya akan dihadiri oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Gereja Bethany Surabaya disebut sebagai gereja terbesar di Indonesia, bahkan se-Asia Tenggara.
Dikutip dari situs resmi Kemenparekraf, Gereja Graha Bethany Nginden terletak di Jalan Nginden Intan Timur I Nomor 25, Nginden Jangkungan, Kecamatan Sukolilo, Surabaya. Gereja ini diperkirakan memiliki daya tampung mencapai 25.000-30.000 jemaat dalam perayaan keagamaan.
Gereja Bethel di Indonesia yang termasuk ke dalam aliran Pentakosta8 ini mempunyai beberapa cabang yang tersebar luas pada beberapa wilayah di kota-kota besar. Berikut sejarah perkembangan Gereja Bethany.
Sejarah Gereja Bethany Surabaya
Mengutip dari situs Sinode Gereja Bethany Indonesia, sebuah persekutuan doa yang dipimpin Pendeta Abraham Alex Tanuseputra pada tahun 1977 menjadi cikal bakal berdirinya Gereja Bethany Surabaya.
Persekutuan doa itu awalnya dihadiri 7-10 orang. Kegiatan tersebut diselenggarakan di sebuah garasi mobil rumah di Jalan Manyar Sindharu (sekarang Manyar Rejo) II/4 Surabaya, dan semakin hari mengalami perkembangan.
Hingga pada tahun 1978, Persekutuan Doa Bethany diubah menjadi sebuah gereja yang berada di bawah naungan Sinode Gereja Bethel Indonesia dengan jumlah anggota sebanyak 200 jemaat. Bersamaan dengan itu, ada sebuah tempat beribadah, rumah di Manyar Sindharu I/29 Surabaya yang lebih dikenal “Gedung Doa”.
Jemaat pun semakin meluas. Pada tahun 1980-1982, terjadi peningkatan jumlah jemaat mencapai 1.000 jiwa. Gereja Bethany masuk ke dalam pergerakan kharismatik, dan memelopori pelayanan “pujian dan penyembahan”.
Seiring berjalannya waktu, jemaat semakin bertambah, gereja pun membeli sebidang tanah di Manyar Sindharu I/33 Surabaya. Di tanah tersebut, berdiri “Awning” sebagai tempat beribadah.
Tahun 1985, Gereja Bethany diberkati sebuah tanah berukuran cukup luas terletak di sebelah bangunan “Awning”. Tempat di mana Gereja Bethany Manyar berdiri saat ini, tepatnya di Manyar Rejo II/36-38 yang saat itu didirikan sebuah gedung gereja dengan kapasitas sebanyak 3.500 tempat duduk.
Kala itu, gereja yang awalnya berpusat di Manyar Sindharu II/36-38 (sekarang Manyar Rejo) semakin meluas dengan dibukanya beberapa cabang, baik di Surabaya maupun luar kota.
Tahun 1986, Gereja Bethany Manyar selesai dibangun dan diresmikan Wali Kota Surabaya Purnomo Kasidi. Sejak saat itu, Gereja Bethany Manyar digunakan sebagai tempat peribadatan dan pusat kegiatan Gereja Bethany.
Pada tahun 1986, Pendeta Abraham Alex Tanuseputra menyerukan kepada para jemaat untuk membangun sebuah gedung ibadah yang lebih besar. Alasannya semakin banyaknya jumlah jemaat yang ikut bergabung.
Setelah kegiatan doa, dibeli sebidang tanah seluas kurang lebih 6,8 hektare di kawasan Nginden. Lalu dilakukan peletakan batu pertama pembangunan Gereja Bethany Nginden.
Tahun 1993, Gereja Bethany dapat melanjutkan kegiatan pembangunan gedung baru yang mana pematokan tiang pancang pembangunan Gereja Bethany Nginden dilakukan Wali Kota Surabaya Purnomo Kasidi. Semakin bertambahnya jumlah jemaat membuat 2.600 tiang pancang terpenuhi.
Pada 1995, ketika jemaat Bethany mencapai usia 17 tahun, ladang pelayanan semakin berkembang. Pelayanan Gereja terbagi ke dalam tiga wilayah, di antaranya wilayah barat (meliputi DKI Jakarta, Jawa Barat, Sumatera, dan Kalimantan Barat), wilayah tengah (Jawa Timur, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Selatan), serta wiilayah timur (Bali, Nusa Tenggara Timur, Timor-Timor, Maluku, dan Papua. Dari ketiga wilayah tersebut dibuka 60 cabang Gereja Bethany.
Tahun 1996, tepatnya pada hari ulang tahun ke-18, Gereja Bethany mempunyai 100 cabang di dalam maupun luar negeri. Sebagai bentuk ucapan syukur, jemaat Bethany mengadakan seminar tahunan untuk pertama kalinya.
Seminar tersebut bertajuk “Seminar Pertumbuhan Gereja” dengan mengusung tema “Serve Your Generation” dan sub tema “Gereja Berkembang Tanpa Batas Menyongsong Kedatangan Yesus”. Acara digelar di Gereja Bethany Manyar Rejo II/36-38 Surabaya.
Sejak saat itu, dirancang seminar tahunan yang menjadi ciri khas Gereja Bethany. Tahun 1997, jemaat semakin bertambah dan dibuka 254 cabang. Pada ulang tahun ke-20, jumlah cabang bertambah menjadi 479 cabang.
Pada 1999-2001, Gereja Bethany kian berkembang menjadi 1.000 cabang yang tersebar di berbagai wilayah, baik di dalam maupun luar negeri. Sebagian besar telah menjadi gereja lokal yang mandiri.
Meskipun telah otonom, keseluruhannya masih mengikat dalam visi “Succesful Bethany Families”. Inti dari visi ini adalah seluruh jemaat yang beribadah, memuji, dan menyembah Tuhan menjadi satu “keluarga” yang mengaku percaya pada Yesus Kristus sebagai Juru Selamat. Gereja Bethany selalu menekankan kata “keluarga” pada setiap jemaatnya.