Seminar Publik: Membaca Ulang Jakarta, dari Visi Founding Parents hingga Smart City

Seminar Publik: Membaca Ulang Jakarta, dari Visi Founding Parents hingga Smart City
Narasumber Seminar bersama perwakilan Perluni UAJ dan Yayasan Sanjeev Lentera Indonesia (Foto:Dok.Perluni UAJ)

JAKARTA, SUDUTPANDANG.ID – Memperingati Hari Ulang Tahun (HUT) ke-498 DKI Jakarta, Yayasan Sanjeev Lentera Indonesia bekerja sama dengan Perkumpulan Alumni Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya (Perluni UAJ) menggelar seminar publik bertajuk “Membaca Ulang Jakarta: Dari Visi Founding Parents hingga Smart City”.

Seminar Publik yang berlangsung di Kampus Unika Atma Jaya, Jakarta, Senin (14/7/2025), dihadiri puluhan peserta dari berbagai kalangan. Tercatat sebanyak 151 orang mendaftar dan 83 hadir langsung, menunjukkan besarnya minat publik terhadap masa depan Jakarta sebagai kota global dan berkelanjutan.

Gagasan smart city sebagai wacana abad ke-21 menekankan pentingnya integrasi teknologi dalam pelayanan publik serta peningkatan kualitas hidup warga. Seminar ini menggarisbawahi pentingnya inovasi untuk menjawab persoalan perkotaan, termasuk melalui partisipasi publik dan efisiensi birokrasi.

Kegiatan ini bertujuan meninjau kembali relevansi visi para pendiri bangsa terhadap Jakarta saat ini, memetakan arah pembangunan kota, serta menjawab tantangan dari beragam perspektif. Tak kalah penting, seminar juga mendorong peningkatan daya saing Jakarta dari sisi sosial, budaya, dan ekonomi.

BACA JUGA  Kemenkeu Siapkan Rp 11.25 Triliun untuk BLT Rp 200 Ribu per Bulan

Akar Sejarah Sebagai Arah Transformasi Kota

Ketua Yayasan Sanjeev Lentera Indonesia, Arthur Sanger, membuka seminar dengan menegaskan pentingnya menelusuri kembali akar sejarah dan semangat para pendiri bangsa. Ia menyebut nilai-nilai kebangsaan tetap relevan dalam proses transformasi Jakarta menuju kota cerdas dan inklusif.

Sekretaris Jenderal Perluni UAJ, Jefri Moses Kam, menyerukan keterlibatan aktif alumni dalam kebijakan publik. Menurutnya, kontribusi intelektual harus nyata di ruang kebijakan dan masyarakat, bukan hanya di kampus.

Staf Khusus Gubernur DKI Jakarta, Cyril “Chico” Hakim, menekankan bahwa smart city bukan sekadar soal teknologi, tapi juga partisipasi warga dan tata kelola yang efisien. Ia mencontohkan aplikasi JAKI dan pengelolaan sampah melalui PLTSa sebagai bentuk inovasi nyata.

BACA JUGA  Zarof Ricar Divonis 16 Tahun, Uang dan Emas Disita Negara

Anggota DPRD DKI Jakarta, Dwi Wijayanto Rio Sambodo, mengingatkan pentingnya pengawasan anggaran dan nilai guna proyek. Menurutnya, keberhasilan proyek harus diukur dari manfaat langsung bagi masyarakat.

Tokoh Betawi sekaligus mantan anggota DPD RI, Sylviana Murni, menyoroti pentingnya kebudayaan lokal. Ia mendorong pendekatan berbasis keluarga dan komunitas dalam pembangunan kota, agar Jakarta tidak kehilangan jati dirinya.

Generasi Muda, Diplomasi, dan Pancasila

Diennaryati Tjokrosuprihatono, cucu pahlawan nasional MH Thamrin, menekankan bahwa nilai-nilai Pancasila harus menjadi pijakan dalam transformasi Jakarta. Ia menyerukan pembinaan generasi muda yang paham sejarah dan mampu tampil di panggung global.

Perwakilan Perluni UAJ, Christiana Chelsia Chan, menekankan pentingnya riset dalam pengambilan kebijakan kota. Ia mengajak alumni Atma Jaya berkolaborasi aktif, mencontoh proyek nasional Belanda yang berhasil lewat sinergi kebijakan dan riset.

BACA JUGA  Telegram Kapolri Soal Pelarangan Media Dicabut

Wakil Ketua Bappeda DKI Jakarta, Deftrianov, menyatakan komitmen Pemprov dalam menggunakan teknologi dan data terbuka. Ia menegaskan dukungan penuh terhadap arah Jakarta menuju salah satu dari 20 kota global teratas dunia.

Antusiasme peserta menunjukkan tingginya kepedulian masyarakat terhadap masa depan Jakarta. Kota ini tidak sekadar bertransformasi secara fisik, tetapi juga harus terus tumbuh dengan akar sejarah, nilai kebangsaan, dan partisipasi warganya.(01)