PARIS, SUDUTPANDANG.ID – Sambil membawa slogan “tidak ada Natal di Gaza”, ratusan warga Paris, Prancis berdemonstrasi meneriakkan kecaman terhadap perang di wilayah Gaza, Palestina yang hingga kini kawasan itu terus dibombardir oleh militer Zionis Israel.
Menurut laporan Kantor Berita Anadolu yang dikutip, Ahad (24/12/2023) disebutkan dalam demonstrasi itu masyarakat mengecam perang yang berlangsung di Gaza, Palestina — wilayah kantung yang terkepung itu — serta untuk menuntut gencatan senjata segera.
Aksi tersebut diselenggarakan oleh Asosiasi Euro-Palestina di daerah sekitar air mancur Fontaine des Innocents di Ibu Kota Prancis, Paris.
Asosiasi Euro-Palestina adalah organisasi nonpemerintah yang berdedikasi untuk mengakhiri pendudukan wilayah Palestina sesuai dengan Resolusi 242 Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), yang disahkan setelah Perang Enam Hari pada 1967
Aktivis politik Prancis, Olivia Zemor, yang juga ketua asosiasi tersebut mendesakkan perlunya membuat aksi protes pro-Palestina lebih banyak mulai Tahun Baru nanti.
“Bagi kami, kami memiliki kewajiban untuk memberi tahu orang-orang ini bahwa mereka tidak sendiri dan mereka mendapat dukungan dari jutaan rakyat di dunia,” kata Zemor.
“Kami ulangi, rakyat Palestina mengalami jam-jam paling dramatis dalam sejarah panjang mereka, diabaikan oleh kekuatan dunia, terutama oleh Biden dan Macron,” katanya menambahkan.
Ia menyebut Biden dan Macron dengan mengacu pada nama Presiden Amerika Serikat Joe Biden dan Presiden Prancis Emmanuel Macron.
Para pengunjuk rasa mengutuk pembunuhan para jurnalis, dokter, dan pengacara oleh militer Israel.
Mereka juga mengecam berbagai pihak di seluruh dunia yang bersikap diam atas genosida.
Para demonstran juga mengulang-ulang kalimat: “Israel pembunuh, Macron kaki tangannya” dan “Bebaskan Palestina,” serta mendesak boikot yang efektif terhadap Israel dan pihak-pihak yang membantu Israel membantai warga sipil Palestina.
Aktivis “Caregiver Collective for Gaza”, Nora mengatakan kepada Anadolu bahwa kelompok itu berupaya mengorganisasi lebih banyak aksi unjuk rasa meskipun ada upaya pemerintah yang menyamakan dukungan apa pun terhadap Palestina dengan anti-semitisme.
Pada hari ke-78 pertempuran antara militer Israel dengan kelompok perlawanan Palestina, Hamas, Israel terus membombardir Jalur Gaza hingga menyebabkan kematian dan luka bagi ribuan rakyat Palestina.
Menurut laporan CNBC pada 6 November 2023, Gaza merupakan wilayah Palestina yang mayoritas penduduknya beragama Islam.
Meski begitu, ada juga umat Kristen yang memanggil wilayah kantong itu sebagai rumahnya.
Dalam laporan Al Jazeera, saat ini ada 1.000 umat Kristen di Gaza, turun tajam dari 3.000 orang yang terdaftar pada 2007, ketika Hamas mengambil kendali penuh atas daerah kantong tersebut.
Menurut Kamel Ayyad, juru bicara Gereja Saint Porphyrius, mayoritas penganut Kristen berasal dari Gaza sendiri.
Sisanya adalah pengungsi yang melarikan diri ke wilayah itu setelah pembentukan negara Israel, yang menyebabkan sekitar 700.000 warga Palestina mengungsi dalam sebuah peristiwa yang disebut sebagai Nakba, atau “bencana”. (02/Ant)