JAKARTA, SUDUTPANDANG.ID – Talkshow “Makin Cakap Digital” di Lapangan Ngaralamo Ternate, Maluku Utara, pada Sabtu (8/7/2023) lalu, dibanjiri lautan manusia. Ribuan pengunjung tampak memadati lokasi untuk menghadiri talkshow bertajuk “Membangun Personal Branding Komunitas di Media Sosial”.
Dalam siaran pers yang diterima Sudutpandang.id di Jakarta, Rabu (12/7/2023), acara yang dipandu Mae Sarah ini menghadirkan para narasumber para konten kreator asal Maluku Utara yaitu Eko Cahyono (Khoko), Rahman Muhammad (Tete Ko), Relix Daene dan Pricillian Kharie.
Mereka berasal dari berbagai kalangan, termasuk komunitas-komunitas sound system se-Provinsi Maluku Utara. Pasalnya, talkshow tersebut dirangkaikan dengan sejumlah acara menarik lainnya, antara lain battle sound system dan parade sound (komunitas audio digital Maluku Utara) hingga konser musik yang sukses menampilkan musisi asal kota Ambon, Fresly Nikijuluw.
Tingginya minat komunitas untuk menghadiri talkshow tersebut tentunya tidak terlepas dari keterlibatan langsung mereka dalam menggeluti dunia digital marketing, khususya sound system. Mereka membutuhkan pengetahuan dan pemahaman seputar literasi audio digital yang bertumpu pada empat pilar literasi digital, yaitu cakap digital, etika digital. budaya digital dan keamanan digital. Hal tersebut tentunya menjadi kebutuhan di kalangan para penggiat bisnis audio digital yang semakin subur berkembang di Maluku Utara.
Para konten kreator dalam pemaparan mengungkapkan pengalaman pribadi masing-masing dalam bermedia sosial. Mereka mengajak para audiens lebih makin cakap dalam memanfaatkan berbagai platform digital. Hal tersebut dipandang penting di tengah kecenderungan orang untuk menyebarkan berbagai informasi hoaks maupun konten di media sosial yang tidak sesuai dengan empat pilar literasi digital, sehingga terus dilakukan kampanye makin cakap digital yang lebih massif.
Eko Cahyono atau yang akrab disapa Khoko, salah satu narasumber memotivasi para audiens untuk gemar menggunakan media sosial bagi pengembangan potensi diri, kreativitas dan meningkatkan personal branding komunitas. Selain itu untuk mempromosikan budaya daerah di tengah derasnya arus transformasi digital yang berkembang saat ini.
“Saya menolak untuk menjadikan berbagai keunggulan platform digital bagi kepentingan akumulasi kapital atau memperkaya diri dan demi popularitas atau ketenaran. Jangan pernah berpikir untuk menjadikan media sosial sebagai sarana untuk mewujudkan keinginan menjadi kaya atau meraih popularitas dan ketenaran namun yang lebih penting adalah memanfaatkan semua jenis media sosial bagi pengembangan potensi diri dan kreativitas yang ada melekat dan dimiliki oleh setiap orang,” papar Khoko.
Sementara itu Rahman Muhammad alias Tete Ko menceritakan pengalamannya sebagai seorang konten kreator hingga mengasah kemampuan dirinya untuk memproduksi sebuah film. Hal luar biasa, film berjudul “Bukan Kursi Pelaminan” juga diputar dalam rangkaian kegiatan talkshow.
“Film ini mengambil lokasi syuting di Kota Ternate dan Kota Tidore Kepulauan atau tepatnya di Desa Wisata Akebai Pulau Maitara. Sebuah film yang menampilkan kehidupan keseharian masyarakat dengan latar budaya dan interaksi sosial sarat makna dan menghibur,” jelasnya.
Selanjutnya, Pricillia Kharie mengungkapkan tentang pentingnya kesadaran akan empat pilar literasi digital, sehingga dapat mewujudkan tatanan kehidupan sosial yang aman dan damai tanpa adanya hoaks. Selain itu, mencegah tindakan melanggar hukum dalam bermedia sosial. Hal ini menurutnya penting dilakukan di tengah kebebasan hak setiap orang untuk mengekspresikan segala pemikiran dan pandangannya di ruang media sosial.
“Jika kebebasan setiap orang untuk menggunakan media sosial tidak dibarengi dengan pengetahuan dan pemahaman yang berkaitan dengan empat pilar literasi digital, maka akan berpotensi merugikan bagi para pengguna media sosial itu sendiri,” ujarnya.
“Hal tersebut disebabkan oleh karena pemikiran yang salah kaprah tentang kebebasan menggunakan media sosial serta kecakapan digital yang jauh dari yang diharapkan, sehingga melahirkan berbagai dampak negatif lainnya, termasuk pula tindakan melanggar hukum yang berakibat buruk bagi si pelaku nantinya,” sambung Pricillia.
Safira Denita Royani, selaku Project asist Literasi Digital Provinsi Maluku Utara bersyukur semua rangkaian kegiatan berlangsung sukses sebagaimana yang diharapkan. Semua yang berkaitan dengan personal branding komunitas di media sosial, termasuk pula sound branding dengan tujuan untuk mendorong konsumen untuk lebih mengenal brand setiap komunitas.
“Yang pada akhirnya membantu komunitas untuk lebih membangun personal brandingnya di media sosial, sehingga hal tersebut akan menjadi rangsangan bagi kalangan konsumen untuk dapat menerima keberadaannya dengan baik,” ujar Safira.
Safira pun tak lupa memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena atas izin-Nya acara berlangsung sukses hingga sesi akhir.
“Meski sempat terjadi rintik-rintik hujan di tengah-tengah berjalannya acara tersebut, namun semua rangkaian acara berjalan dengan sukses. Mewakili manajemen Tim Literasi Digital Provinsi Maluku Utara, Saya juga mengucapkan terima kasih atas segala kerja keras tim dan partisipasi semua pihak sehingga seluruh rangkaian kegiatan termasuk acara talkshow makin cakap digital berlangsung sukses,” ucapnya.(PR/01)