JAKARTA, SUDUTPANDANG.ID – Wakil Ketua Komisi Pemberdayaan Ekonomi Umat Majelis Ulama Indonesia (KPEU MUI) asal Pandeglang, Banten, Andi YH Djuwaeli, mengucapkan terima kasih kepada Wakil Menteri Perdagangan (Wamendag) RI, Jerry Sambuaga, yang memberikan dukungan bagi pengembangan turunan talas beneng untuk kepentingan ekspor.
“Kami berterima kasih kepada Wamendag yang mendukung ekspor turunan dari talas beneng yang merupakan tanaman asli Pandeglang, sehingga ke depan komoditas pertanian ini akan dapat memberikan nilai tambah bagi perekonomian masyarakat Pandeglang,” kata Andi Djuwaeli, dalam keterangan pers, Kamis (20/1/2022).
Tokoh muda Banten itu mengungkapkan hasil pertemuannya bersama pengusaha eksportir PT Dwitama Sejahtera Sentosa, Geoffry RH May dengan Wamendag, Jerry Sambuaga. Ia mengatakan, dalam pertemuan tersebut, Wamendag juga mendukung pembangunan gudang penyimpanan talas beneng dan produk turunannya dengan sistem resi gudang untuk kepentingan ekspor.
“Wamendag juga memberikan dorongan ekspor turunan talas beneng ke negara-negara yang membutuhkan komoditas pertanian tersebut, baik berupa hasil daun keringnya yang dirancah seperti tembakau dan bahan baku talas maupun turunannya,” jelas Andi.
Dalam pertemuan itu, kata Andi, dipaparkan tentang potensi pengembangan tanaman talas beneng yang dapat memberikan nilai tambah bagi perekonomian masyarakat Pandeglang.
“Kami memang memerlukan dukungan Kementerian Perdagangan untuk dapat memfasilitasi peluang pasar ekspor talas beneng guna memberikan nilai tambah bagi masyarakat Pandeglang yang umumnya berprofesi sebagai petani,” kata Geoffry sebagaimana dikutip Andi.
Ia menerangkan, turunan produksi dari tanaman talas beneng beraneka ragam. Umbinya bisa dijadikan tepung bahan makanan seperti kue bolu dan roti, bahan pokok pengganti beras. Dapat juga dijadikan mie, minuman kekinian, dan bahan kosmetik.
“Selain juga bisa dijadikan sebagai alternatif pengganti BBM atau dijadikan biogas serta bisa dijadikan obat diabetes,” terang Andi.
Kemudian, lanjutnya, daunnya bisa dijadikan bahan baku rokok tanpa nikotin atau rokok herbal. Bisa juga dijadikan makanan hewan ternak seperti kambing dan sapi dan getahnya pun mengandung asam oksalat sebagai bahan obat untuk penyakit kanker.
“Sementara batangnya bisa dijadikan bahan baku kerajinan tangan seperti tas, tikar, dan sandal,” jelasnya.
“Pasarnya pun jelas, bahkan banyak negara luar seperti Australia, Belanda, Jepang, China, Taiwan, Korea Selatan, Malaysia, New Zealand, Turki dan India telah siap membeli komoditas varietas ini dengan jumlah tonase yang signifikan,” sambung Andi.
Talas Beneng
Andi menambahkan, tanaman talas beneng (xanthosoma undipes K.kock) belum sepopuler talas Bogor (colocasia esculenta). Tapi tanaman ini tergolong unik dan berbeda dengan jenis talas lainnya. Salah satu keunikan talas tersebut adalah memiliki ukuran umbi yang besar dan berwarna kuning.
“Dengan keunikan tersebut, masyarakat lokal memberi nama talas “beneng” dari asal kata “beuneur” yang artinya besar atau padat, dan “koneng” yang artinya berwarna kuning. Talas beneng tumbuh dengan baik di area kaki Gunung Karang Kabupaten Pandeglang dan merupakan tanaman yang berasal dari daerah Pandeglang, Banten,” papar Andi.
Ia menyebutkan potensi pengembangan tanaman talas beneng di Pandeglang bisa mencapai 10.000 hektar lebih. Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Pandeglang melalui Dinas Pertanian setempat sudah melakukan langkah pengembangan tanaman asli Pandeglang itu yang saat ini mencapai 700 hektar. Selanjutnya, dalam pengembangannya akan dilakukan pola koperasi, bekerjasama dengan perusahaan ekspor.
“Sebagai langkah awal untuk pengembangan ekspor tanaman talas beneng ini kami sudah mulai menyiapkan sistem resi gudang, di mana kami akan melibatkan pembiayaan dari bank untuk menampung hasil panen yang siap ekspor, dan untuk itu kami juga perlu dukungan dari pemerintah kabupaten setempat,“ demikian disampaikan Andi mengutip Jerry Sambuaga.(ass)