SUDUTPANDANG.ID – Daerah tujuan wisata kini berebut menarik minat wisatawan Cina, yang merupakan kelompok pelancong terbesar.
Jelang akhir tahun, warga Cina kembali memesan perjalanan internasional dalam jumlah besar.
Pada paruh pertama tahun 2023, jumlah wisatawan ke luar negeri dari Cina mencapai 40,3 juta, menurut data statistik resmi. Angka tersebut diperkirakan akan terus meningkat pada paruh kedua tahun ini.
Tapi jumlah itu masih jauh dari 155 juta perjalanan keluar negeri yang dilakukan wisatawan Cina daratan pada 2019, sebelum pandemi corona melanda.
Wisatawan Cina telah memberikan keuntungan besar bagi pariwisata global, karena mereka sering menjadi pengunjung dengan pengeluaran tertinggi di dunia, menikmati hotel mewah, tur, suvenir, dan merek-merek desainer kenamaan.
Pada tahun 2019, wisatawan Cina membelanjakan lebih 255 miliar dolar AS saat berada di luar negeri, menurut konsultan bisnis McKinsey & Company. Angka tersebut hampir dua kali lipat dibandingkan dengan pengeluaran warga Amerika Serikat, dan tiga kali lipat dibandingkan pengeluaran warga Jerman.
Sebuah survei dari London awal November menemukan bahwa jumlah wisatawan Cina yang mengunjungi London hanya berkurang 2% dari angka tahun 2019. Namun pengeluaran mereka turun sebesar 58%, menurut New West End Company, sebuah perusahaan promosi wisata di London.
Dave Goodger, direktur pelaksana untuk Eropa dan Timur Tengah di Tourism Economics, mengatakan, selama 10 tahun ke depan, wisatawan Cina diperkirakan akan memberikan kontribusi terbesar terhadap pertumbuhan perjalanan jarak jauh ke Eropa dalam hal kunjungan dan pengeluaran, melampaui Amerika Serikat sebagai pasar wisata terpenting.
Meskipun belakangan angka wisatawan meningkat, Tourism Economics menemukan bahwa perjalanan jarak jauh ke destinasi di seluruh Eropa masih 43% di bawah perkiraan sebelum tingkat pandemi. Terutama wisatawan dari Asia, dan khususnya dari Cina, belum banyak yang kembali.
Data dari lembaga penyedia data perjalanan global OAG menunjukkan, penerbangan dari Cina ke Korea Selatan, Jepang, Hong Kong, dan Taiwan pulih jauh lebih cepat dibandingkan penerbangan ke Prancis, Italia, dan Amerika Serikat.
Sumber: DW.com