Peran NGO Didorong Tingkatkan Bantuan Kemanusiaan bagi Palestina

Peran NGO Didorong Tingkatkan Bantuan Kemanusiaan bagi Palestina
Dr. Ferooze dari Universitas Sultan Zainal Abidin Trengganu Malaysia (kiri, depan) dan Dr. Asep Setiawan dari Universitas Muhammadiyah Jakarta (kanan, depan) berdiskusi tentang peran NGO dalam memberikan bantuan kemanusiaan kepada rakyat Palestina, Senin (8/9/2025).(Foto:Dok. FISIP UMJ)

JAKARTA, SUDUTPANDANG.ID – Peran organisasi non-pemerintah (NGO) dinilai sangat penting dalam meringankan penderitaan rakyat Palestina, khususnya di Gaza yang saat ini masih menghadapi krisis akibat serangan Israel.

Pandangan tersebut disampaikan Dr. Ferooze Ali dari Universitas Sultan Zainal Abidin Terengganu, Malaysia, dalam diskusi terbatas yang digelar di Laboratorium Ilmu Politik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Jakarta (FISIP UMJ), Senin (8/9/2025).

Diskusi tersebut membahas rencana penerbitan buku berjudul “NGOs and Malaysian Foreign Aid to Palestine”, hasil kerja sama Asia Middle East Center for Research and Dialogue (AMEC-Malaysia) dengan Program Studi Ilmu Politik dan Magister Ilmu Politik FISIP UMJ.

Hadir sebagai penanggap dalam diskusi, antara lain Hamka, M.Si., Analisa Fitria Sari, dan Andrea Shera Renjani dari AMEC Jakarta, dengan moderator Dr. Asep Setiawan, dosen Program Studi Magister Ilmu Politik FISIP UMJ.

Menurut Dr. Ferooze, bantuan kemanusiaan dari NGO di berbagai negara, termasuk Indonesia dan Malaysia, perlu terus dilanjutkan, ditingkatkan, bahkan diperluas. Namun, ia mengingatkan agar NGO juga membenahi diri dengan meningkatkan profesionalisme, misalnya melalui pelatihan-pelatihan terkait, sehingga bantuan lebih efektif dan tepat sasaran.

BACA JUGA  Lubang Besar Sedalam 3 Meter di Daan Mogot Berhasil Ditambal

Ia juga menekankan pentingnya kerja sama antar NGO.

“Di Malaysia, ada NGO yang fokus pada pembangunan masjid, kesehatan, hingga pemberdayaan perempuan. Namun, kerja sama di antara mereka masih kurang terjalin dengan baik,” ujarnya.

Ferooze menambahkan, transparansi dalam penyaluran bantuan juga mutlak diperlukan. Dengan keterbukaan, publik dapat mengetahui pihak-pihak yang menyalurkan bantuan, sekaligus memastikan akuntabilitas.

Ia menilai, dalam perspektif Islam, bantuan kemanusiaan tidak hanya bernilai materi, tetapi juga memiliki nilai religius yang tinggi.

Kontribusi Muhammadiyah

Sementara itu, Hamka, M.Si., dosen Prodi Ilmu Politik FISIP UMJ, yang setahun terakhir meneliti bantuan Muhammadiyah ke Gaza sejak konflik 7 Oktober 2023, menegaskan bahwa Muhammadiyah konsisten menyalurkan bantuan kemanusiaan.

BACA JUGA  Jokowi 'Pamer' Bangun 1.900 Kilometer Jalan Tol Selama 7 Tahun

“Bantuan Muhammadiyah terus berjalan hingga sekarang, meskipun Israel masih melancarkan serangan ke Gaza,” jelasnya.

Hamka menekankan, di tengah penderitaan rakyat Palestina, bantuan NGO menjadi elemen vital. Namun, menurutnya, penyelesaian politik yang serius oleh komunitas internasional, terutama negara-negara Islam, tetap diperlukan.

Ia juga menemukan tiga hal penting terkait peran Muhammadiyah. Ketiga poin itu yakni memainkan peran strategis dalam diplomasi kemanusiaan, termasuk pengiriman bantuan ke Gaza.

Kemudian memperkuat citra Indonesia sebagai aktor non-negara dalam isu kemanusiaan internasional.

Selanjutnya menjalin kolaborasi dengan mitra global untuk mendukung inisiatif perdamaian yang sejalan dengan kebijakan luar negeri Indonesia.

Data Bantuan NGO

Media di Malaysia melaporkan, bantuan NGO Malaysia yang dikoordinasi oleh Humanitarian Trust Fund for Palestine (AAKRP) sejak 2023 hingga 2025 mencapai 99 juta ringgit atau sekitar Rp383,4 miliar.

BACA JUGA  Milan Dipermalukan Spezia, Pioli Justru Tuding Wasit Memalukan

Di Indonesia, Muhammadiyah juga aktif menyalurkan bantuan. Ketua Umum Muhammadiyah, Haedar Nashir, menyebut lembaganya telah mengucurkan dana sekitar Rp40 miliar untuk Palestina dalam dua periode Rp27 miliar (2018 – 2023) dan Rp13 miliar sejak pecahnya konflik terbaru. Selain dana, Muhammadiyah menyalurkan bantuan berupa makanan dan obat-obatan.

Selain Muhammadiyah, sejumlah NGO Indonesia lain juga terlibat aktif, di antaranya Dompet Dhuafa, Aqsha Working Group (AWG), Maemuna Center Indonesia, dan MER-C Indonesia.(PR/01)