JAKARTA, SUDUTPANDANG.ID – Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) terus memperkuat kesiapsiagaan masyarakat melalui penyelenggaraan geladi lapang atau field training exercise (FTX) yang digelar di Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat, Kamis (28/8). Fokus utama kegiatan ini adalah komunikasi risiko dalam penanganan darurat bencana.
Latihan tersebut melibatkan unsur pentaheliks yang terdiri dari pemerintah, masyarakat, media, akademisi, dan dunia usaha. BNPB menekankan bahwa komunikasi risiko bukan hanya tanggung jawab pemerintah, melainkan juga media massa serta warga terdampak bencana.
“Komunikasi risiko yang tepat sangat penting, terutama saat terjadi penyebaran informasi hoaks. Pemerintah harus memberikan keterangan resmi dan situasi terkini agar masyarakat tidak panik,” jelas pihak BNPB melalui keterangan resminya. Kamis (28/8/2025).
FTX di Mataram dibagi menjadi tiga segmen. Setiap segmen menekankan pada permasalahan sosial yang sering muncul saat bencana, seperti distribusi bantuan yang belum merata, masyarakat yang belum terjangkau penanganan, hingga peran strategis media dalam menyampaikan informasi akurat.
Geladi lapang ini juga menjadi pengingat pentingnya kesiapsiagaan berlapis, mulai dari individu, keluarga, komunitas, desa, hingga pemerintah daerah.
Sekretaris Daerah Kota Mataram, Lalu Alwan Basri, S.Pi., M.Si., menyampaikan apresiasinya atas dipilihnya Kota Mataram sebagai lokasi latihan.
“Kami merasa bangga karena BNPB memberikan perhatian besar bagi masyarakat NTB, khususnya Kota Mataram,” ujarnya.
Kegiatan ini melibatkan BMKG, PVMBG, TNI, Polri, BPBD, organisasi perangkat daerah (OPD), jurnalis, hingga warga setempat. Latihan berlangsung di Stadion Legenda Malomba dan turut dihadiri Pj. Sekretaris Daerah Provinsi NTB bersama jajaran forkopimda.
Sebelum latihan lapangan, BNPB juga menggelar geladi ruang atau table top exercise (TTX) pada Rabu (27/8). Tema yang diangkat tetap terkait komunikasi risiko, khususnya dalam menghadapi potensi gempa bumi dan tsunami di wilayah NTB.
TTX diikuti oleh 20 peserta yang terdiri dari BNPB, BMKG, TNI, Polri, BPBD provinsi/kabupaten/kota, PMI, Orari, PLN, Unit Layanan Disabilitas NTB, hingga tokoh masyarakat.
Latihan ini bertujuan memperkuat koordinasi dan pemahaman semua pihak dalam menyalurkan informasi sejak dini ketika peringatan gempa dan tsunami diumumkan. Hasil dari TTX kemudian akan dievaluasi melalui after action review untuk menyusun panduan komunikasi risiko bencana yang bisa diimplementasikan baik di tingkat pusat maupun daerah.
Melalui dua rangkaian latihan ini, BNPB menegaskan bahwa komunikasi risiko bukan hanya soal menyampaikan informasi, tetapi juga bagaimana pesan diterima, dipahami, dan dipercaya oleh masyarakat.(PR/04)