Algooth Putranto||Wartawan Suara Merdeka
“Oh, apa benar bangsa kalian sangat suka mie dari terigu? Dari gandum? Bukan dari beras? Bukannya kalian makan nasi? Wah ini mengejutkan. Aku menyesal tidak ke Indonesia padahal sudah sampai Bangkok (Thailand),” tutur Hryhorii Tkachenko.
Hryhorii adalah pemilik lahan pertanian Naporivske di Desa Lukashivka wilayah Chernihiv di sebelah utara Ukraina. Lahan pertanian seluas 1500 hektar ini subur ditanami biji-bijian, kentang dan sayuran. Mereka punya sedikitnya 316 ekor sapi, termasuk 175 ekor sapi perah yang sehari bisa menghasilkan 3 ton susu per hari.
Wilayah ini berbatasan langsung dengan Belarusia, sekutu terdekat Rusia. Jarak Chernihiv dengan perbatasan Rusia hanya sekitar 70 kilometer. Tak heran saat Rusia menyerang pada 24 Februari 2022, Chernihiv adalah wilayah pertama yang diduduki Rusia.
Hryhorii dengan rekaman CCTV dan sejumlah foto yang dia miliki menjelaskan bagaimana perjuangan warga desa itu. Banjir tentara Rusia di akhir musim dingin 2022 mendesak masuk ke wilayah itu pada 9 Maret 2022.
“Sapi saya yang masih hidup disembelih tentara Rusia lalu dibawa ke gereja desa yang dijadikan markas. Alat-alat masak elektrik kami juga dibawa. Tapi dasar bodoh, di gereja kan tidak ada listrik. Mereka pun mengamuk menembaki dinding gereja,” tuturnya (30/5).
Hryhorii menunjukkan kepada kami serangan Rusia dimulai pada 25-26 Februari dengan menembaki lahan pertaniannya dengan roket. Sedikitnya 60 roket Uragan jatuh di wilayah Lukashivka. Warga desa mengungsi ke lahan pertaniannya.
Setelah tentara Rusia merebut desa tersebut, pertanian tersebut juga diduduki, yang berlangsung selama sebulan. Seluruh bangunan hancur, dan 158 ekor sapi mati. Banyak mayat sapi juga berserakan selama hujan mesiu. Tidak ada satu bangunan miliknya yang tidak rusak.
Untunglah tentara Ukraina berhasil membebaskan desa Lukashivka pada 31 Maret 2022. Namun tentara dan penduduk harus bekerja keras dengan hati-hati karena masih banyak ranjau dan hulu roket aktif berserakan ditinggalkan oleh Rusia di pinggir jalan dan ladang.
Pelan namun pasti Naporivske kembali berhasil mengolah lahan seluas 1.500 hektar itu. Tanaman biji-bijian, tanaman biji minyak dan sayuran harus segera mereka semai dan tanam. Musim tanam tak memerdulikan duka dan sengsara.
Dia memperkirakan total kerusakan Naporivske mencapai US$1,5 juta terdiri dari peralatan yang hancur, kerusakan bangunan, ternak yang mati, hingga pupuk dan benih yang musnah. “Kami petani tak hanya angkat senjata, semua kemampuan yang ada kami gunakan demi tanah yang subur ini. Tak sedikit pemuda desa Lukashivka jadi martir,” tuturnya.
Kami berkeliling desa, lucunya meski Hryhorii tak bisa berbahasa Inggris kami bisa mengobrol. Bahasa Inggris, bahasa isyarat, bahasa Rusia campur aduk. Tapi kami mengerti satu sama lain. Siang harinya, kami dijamu Hryhorii makan siang. Sungguh sedap Holodets yang disajikan.
Inisiatif Biji-bijian
Hebatnya, meski dihimpit kesulitan akibat perang, Ukraina tetap menunjukkan komitmennya terhadap ketahanan pangan dunia melalui inisiatif “Grain from Ukraine”, sebuah program kemanusiaan yang dimulai pada November 2022.
Program ini bertujuan untuk menyuplai gandum dan produk pertanian lainnya ke negara-negara yang paling terdampak krisis pangan, seperti Ethiopia, Yaman, dan Somalia, yang menghadapi kekurangan pangan parah akibat perang dan bencana alam.
Pavlo Martyshev, analis di Center for Food and Land Use Research of the Kyiv School of Economics saat ditemui di taman Kurenivskyi menuturkan sampai 2025 ekpor biji-bijian Ukraina hanya mencapai 2 persen pasar Eropa. “Indonesia dan negara lain non Eropa yang mendapat manfaat besar dari ekspor biji-bijian Ukraina.”
Bagaimana dengan Indonesia?. Saya mencatat sebelum perang, Ukraina adalah pemasok gandum terbesar kedua bagi Indonesia setelah Australia. Pasokan gandum dari Ukraina memainkan peran penting dalam menjaga kestabilan kebutuhan pangan domestik Indonesia.
Namun, sejak dimulainya agresi Rusia pada 2022, impor gandum dari Ukraina anjlok menjadi US$61,33 juta, turun signifikan dibandingkan dengan jumlah pada tahun sebelumnya yang mencapai US$843,6 juta, dengan volume sekitar 166.758 ton.
Ukraina telah menjadi salah satu pemasok utama yang membantu Indonesia menjaga kestabilan kebutuhan pangan domestik, khususnya untuk gandum yang merupakan bahan pokok penting dalam pembuatan roti dan produk lainnya.
Indonesia sebagai bangsa penyuka mie dari tepung terigu, yang selalu mengandalkan impor gandum untuk memenuhi kebutuhan domestiknya, tetap berfokus pada keberlanjutan pasokan pangan meskipun ada gangguan pada pasokan global.
Dalam konteks ini, program “Grain from Ukraine” memberikan solusi jangka panjang untuk membantu negara-negara yang kekurangan pangan dan pada saat yang sama, menjaga keberlanjutan pasokan gandum global, termasuk ke Indonesia.
Dengan terus mengirimkan pasokan gandum meskipun di tengah perang, Ukraina berupaya untuk mendukung negara-negara yang membutuhkan dan membantu menjaga keberlanjutan pasokan gandum global, serta mengurangi dampak terhadap ketahanan pangan dunia.
Sampai tahun 2024, impor gandum dari Ukraina menunjukkan peningkatan yang signifikan. Data terbaru mencatatkan impor gandum dari Ukraina mengalami lonjakan, dari US$96,46 juta (Januari-Agustus 2023) menjadi US$371,31 juta pada periode yang sama tahun ini, mencatatkan kenaikan sebesar 284,95 persen.
Peningkatan lebih lanjut terjadi pada Agustus 2024, dengan nilai impor mencapai US$96,8 juta, dibandingkan hanya US$13,6 juta pada Agustus 2023, yang menunjukkan lonjakan sebesar 611,98 persen.
Satu hal yang menunjukkan pentingnya biji-bijian Ukraina bagi Indonesia adalah hasil akhir kunjungan Presiden Joko Widodo (Jokowi) ke Kyiv pada 29 Juni 2022. Hanya hitungan jari sebelah tangan setelah Jokowi bertemu Volodymyr Zelensky, kapal Harvest Commodities SA, M/V Riva Wind yang disewa PT Comexindo International pada 2 Agustus 2022 meninggalkan Pelabuhan Odessa, Ukraina dengan membawa angkutan biji-bijian.
Sekadar mengingatkan, Comexindo adalah perusahaan di bawah Arsari Group, milik Hashim Djojohadikusumo, adik Presiden Prabowo Subianto. Bisa jadi yang diangkut kapal milik adik presiden kita itu terselip biji-bijian yang tumbuh di lahan Hryhorii Tkachenko di Chernihiv.
*Penulis Algooth Putranto adalah Wartawan Suara Merdeka