JAKARTA, SUDUTPANDANG.ID – Ketua Umum Komite Olimpiade Indonesia (NOC Indonesia), Raja Sapta Oktohari, resmi mencatat sejarah sebagai orang Indonesia pertama yang menerima UCI Merit Award dari Union Cycliste Internationale (UCI). Penghargaan prestisius itu diberikan dalam kongres tahunan UCI yang digelar di Kigali, Rwanda, Jumat (26/9/2025).
Penghargaan ini diserahkan langsung oleh Presiden UCI David Lappartient, yang menegaskan bahwa Okto telah berkontribusi besar terhadap perkembangan balap sepeda, tidak hanya di Indonesia, tetapi juga di Asia dan dunia.
“Semangat dan dedikasi Okto luar biasa. Ia konsisten mendorong kemajuan balap sepeda di berbagai level, mulai dari pembinaan atlet, pelatih, hingga diplomasi olahraga. Kontribusinya tidak bisa dipandang sebelah mata,” ujar Lappartient.
Selain menerima UCI Merit Award, Okto juga menjadi salah satu penerima pertama kalung emas dan pin emas UCI – simbol kehormatan tertinggi yang baru diperkenalkan. Hal ini semakin menegaskan pengakuan dunia terhadap kiprah Okto di kancah internasional.
Okto, yang akrab disapa, pernah menjabat Ketua Umum PB ISSI selama dua periode (2015–2023). Di bawah kepemimpinannya, Indonesia sukses menjadi tuan rumah sejumlah ajang internasional bergengsi, termasuk UCI Track Nations Cup 2023 di Jakarta dan Asian Cycling Championships.
Pada level regional, Okto juga pernah menjabat sebagai Senior Vice President Asia Cycling Confederation (ACC) serta Advisor ASEAN Cycling Federation, yang memperkuat diplomasi olahraga Indonesia di forum internasional.
Wakil Ketua Harian PB ISSI, Jadi Rajagukguk, menyebut penghargaan ini sebagai puncak dari perjuangan panjang.
“Sejak 2015, Okto membawa Indonesia dari yang tidak dikenal hingga aktif di forum internasional. Penghargaan ini adalah bukti nyata kerja keras beliau,” ungkapnya.
Selain Okto, penghargaan UCI Merit 2025 juga diberikan kepada Jorge Blas Diáz García (Republik Dominika), Daniela Isetti (Italia), Sandra Kinyomvyi (Burundi), serta legenda sprint dunia Mark Cavendish (Inggris).
Okto menegaskan bahwa penghargaan ini bukan pencapaian pribadi, melainkan hasil kerja kolektif seluruh pecinta balap sepeda di Indonesia.
“Ini energi baru bagi kita semua. Prestasi atlet harus ditingkatkan, ekosistem diperkuat, dan balap sepeda harus semakin populer sebagai olahraga sekaligus gaya hidup,” ujarnya penuh semangat.(PR/04)