Dualisme Sepak Takraw Tuntas, Menpora Erick Apresiasi KONI-KOI

Dualisme Sepak Takraw Tuntas, Menpora Erick Apresiasi KONI-KOI
Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) RI Erick Thohir menyampaikan apresiasi atas keberhasilan KONI dan KOI menuntaskan dualisme kepengurusan sepak takraw nasional.

JAKARTA, SUDUTPANDANG.ID – Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) RI Erick Thohir menyampaikan apresiasi atas keberhasilan KONI dan KOI menuntaskan dualisme kepengurusan sepak takraw nasional.

Erick menegaskan, Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) berkomitmen dalam membangun ekosistem olahraga yang profesional dan solid.

Salah satu langkah strategisnya adalah penyelesaian dualisme kepengurusan berbagai cabang olahraga, yang selama ini menjadi hambatan dalam pembinaan atlet maupun tata kelola organisasi.

Pada Selasa (9/12/2025), Menpora Erick Thohir mengumumkan bahwa dualisme cabang olahraga sepak takraw akhirnya selesai, sesuai instruksi yang ia keluarkan pada Oktober 2025.

Erick menegaskan bahwa penyatuan kepengurusan merupakan bagian dari arahan Presiden Prabowo Subianto terkait peningkatan prestasi olahraga Indonesia.

Ia menilai, mustahil Indonesia mampu menjadi bangsa yang kuat di bidang olahraga jika masih terjadi perpecahan di tingkat federasi maupun induk cabang olahraga.

“Sesuai arahan Bapak Presiden, kita harus menjadi bangsa yang digdaya di bidang olahraga. Tentu hal itu mustahil tercapai jika masih ada perpecahan di dalamnya, karena olahraga semangatnya adalah berjuang dalam persatuan,” ujar Erick.

BACA JUGA  8 Juta Bahan Baku Vaksin Sinovac Kembali Datang, Begini Penjelasan Erick Thohir

Setelah melalui proses verifikasi dan konsolidasi panjang antara berbagai pihak terkait, Pengurus Besar Persatuan Sepak Takraw Seluruh Indonesia (PB PSTI) periode 2025 – 2029 yang dipimpin Surianto resmi ditetapkan sebagai kepengurusan yang sah.

KONI dan KOI telah menyerahkan surat pengakuan resmi kepada Menpora sebagai bentuk finalisasi penyatuan organisasi.

Penetapan ini sekaligus memastikan bahwa kepengurusan PSTI yang baru diakui oleh federasi nasional dan badan olahraga internasional terkait.

Dengan demikian, seluruh kegiatan pembinaan, kompetisi, hingga persiapan menuju agenda olahraga multievent dapat berjalan dalam satu komando tanpa hambatan struktural.

Menpora Erick menyambut baik penyelesaian ini dan menyampaikan penghargaan kepada semua pihak yang terlibat dalam proses musyawarah.

Ia menilai keberhasilan ini mencerminkan komitmen seluruh pemangku kepentingan olahraga untuk mengedepankan prestasi di atas kepentingan kelompok.

“Saya sangat mengapresiasi keberhasilan KONI, KOI, dan pengurus cabor untuk duduk bersama, bermusyawarah mencapai mufakat, melakukan introspeksi, dan menyelesaikan masalah dualisme di PB Sepak Takraw. Ini artinya semua stakeholder olahraga solid dan satu suara demi prestasi bangsa,” tegas Erick.

BACA JUGA  Hari Kedua Tes Pra-musim Sirkuit Mandalika, Marini yang Tercepat

Penyelesaian konflik organisasi di tubuh sepak takraw menjadi contoh tata kelola cabor yang ideal.

Menpora berharap langkah ini menjadi pemicu bagi tiga cabang olahraga lain yang masih menghadapi masalah serupa, yakni tenis meja, anggar, dan tinju terlebih beberapa di antaranya masuk daftar 21 cabor unggulan sesuai arahan Presiden.

Pembinaan Atlet 

Erick menegaskan bahwa keberlanjutan pembinaan atlet tak boleh terhambat oleh masalah dualisme.

Agar roadmap pembinaan 21 cabor prioritas dapat berjalan optimal, seluruh pemangku kepentingan harus berada dalam satu barisan.

Ia meminta seluruh pihak di tiga cabor tersebut untuk segera duduk bersama dan menemukan solusi sebelum tahun berganti.

“Saya harap tuntasnya masalah dualisme di tubuh kepengurusan sepak takraw memacu tiga cabor lainnya yaitu tenis meja, anggar, dan tinju untuk juga duduk bersama dan menyelesaikan masalah sebelum tahun berganti. Apalagi cabor yang masih dalam masalah ini juga ada yang masuk dalam 21 cabor unggulan sesuai arahan Presiden,” ujarnya.

Erick kembali mengingatkan bahwa konflik kepengurusan tidak hanya merugikan organisasi, tetapi juga berdampak langsung pada karier atlet.

BACA JUGA  Ribka/Fadia Resmi 'Bercerai' Pasca Tersingkir

Situasi dualisme kerap menyebabkan ketidakjelasan program, hambatan keikutsertaan dalam kompetisi internasional, hingga menggangu fokus atlet yang seharusnya hanya berjuang untuk mengharumkan nama bangsa.

Karena itu, ia menekankan pentingnya menempatkan kepentingan atlet di atas segalanya.

“Ayo kita satukan tekad untuk membangun prestasi olahraga, jangan jadikan atlet korban konflik kekuasaan kepengurusan cabor,” tutup Erick.

Dengan tuntasnya dualisme di sepak takraw, pemerintah berharap momentum ini menjadi landasan kuat bagi pembenahan tata kelola olahraga nasional secara menyeluruh.

Kemenpora memastikan bakal terus mengawal penyelesaian dualisme pada cabor lainnya demi terwujudnya ekosistem olahraga yang bersih, solid, dan prestatif.(09)