BOGOR-JABAR, SUDUTPANDANG.ID – Menggelar pameran foto jurnalistik selama sepekan sejak Senin (22/9/2025) hingga Ahad (28/9) dalam rangka memeringati satu dekade (10 tahun) keberadaanya di wilayah Bogor Raya — Kota dan Kabupaten Bogor, Jawa Barat — Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor memberikan apresiasi atas karya-karya jurnalis yang tergabung dalam organisasi Pewarta Foto Indonesia (PFI).
Apresiasi itu disampaikan Wakil Wali Kota (Wawali) Bogor, Jenal Mutaqin saat membuka pameran dan workshop foto jurnalistik pada Senin (22/9) sore di Alun Alun Kota Bogor, yang berdampingan dengan Stasiun Kereta Api Bogor dan Masjid Agung Kota Bogor.
“Kami, pemerintah kota, mengapresiasi dan mendoakan teman-teman PFI tetap konsisten merangkum cerita-cerita yang terkadang kami lupa. Sebagai pengingat,” katanya dalam acara yang dihadiri Direktur Penerbitan dan Fotografi, Deputi Bidang Kreativitas Media Kementerian Ekonomi Kreatif, Iman Santosa itu.
Hadir juga dalam kesempatan itu anggota Dewan Pengawas Pewarta Foto Indonesia (PFI) Pusat, Hermanus Prihatna — jurnalis foto senior yang pernah menjabat Kepala Divisi Pemberitaan Foto Lembaga Kantor Berita Nasional (LKBN) ANTARA — Wakil Ketua I DPRD Kota Bogor, M Rusli Prihatevy, Kepala Dinas (Kadis) Kominfo Kabupaten Bogor, Bambang Widodo Tawekal, Kadis Kominfo Kota Bogor, Rudiyana, Perwakilan Polresta Bogor Kota dan Perwakilan Kodim 0606 Kota Bogor, serta para mitra sponsorship dari kalangan bisnis.
Wawali menyatakan bahwa fotografi bisa menjadi sebuah cerita pengingat dari hal-hal yang terlupakan.
Ia berharap ke depan PFI bisa kembali menghadirkan cerita-cerita dalam foto yang dikemas melalui pameran serupa.
Dari pameran yang ada, ia mengaku banyak foto yang menarik perhatiannya.
“Ada foto tadi saya lihat, ada yang berangkat sekolah melintasi sungai, lalu ada yang shalat Idul Fitri di pinggir sungai, kemudian ada beberapa cerita yang baru saya tahu,” katanya.
Menurut dia anggota PFI harus tetap memiliki identitas yang membedakan dengan fotografer lainnya, apalagi di tengah kemajuan teknologi saat ini.
“Dan dari yang kita lihat tadi, foto-foto yang dipamerkan mengandung banyak cerita asli,” kata Jenal Mutaqin.

Direktur Penerbitan dan Fotografi Deputi Bidang Kreativitas Media pada Kementerian Ekonomi Kreatif (Kemenekraf), Iman Santosa mengatakan pameran dan workshop ini sesuai dengan subsektor yang berada di bawah Kemenekraf itu sendiri.
“Bahkan kalau dari kami, portofolionya dalam penerbitan dan fotografi, ini adalah event yang mewakili subsektor tersebut. Untuk fotografi, bagaimana foto-foto itu diberikan narasi, storytelling yang baik untuk mewakili apa yang ada di gambar tersebut,” katanya.
Ia menambahkan kehadiran pemerintah dalam kegiatan “Satu Dekade PFI Bogor Raya” ini merupakan bentuk dukungan langsung terhadap kreativitas.
“Tidak hanya di Bogor, namun juga di seluruh daerah agar terbentuk ekosistem ekonomi kreatif yang lebih baik,” katanya.
Ketua PFI Bogor, Andi M Ridwan, menegaskan usia satu dekade menjadi momentum penting untuk evaluasi sekaligus memperkuat eksistensi organisasi.
“Sejak 10 tahun lalu PFI Bogor terbentuk. Selama itu kami memotret, mewartakan, berpameran. Pewarta foto hidup dari karya, meski tidak viral atau populer tapi tetap konsisten. Ini panggung pengabdian teman-teman,” katanya.
Ia juga menyoroti tantangan jumlah pewarta foto di Bogor yang semakin sedikit. Dari ratusan media, hanya segelintir yang memiliki pewarta foto khusus. Karena itu, PFI Bogor berkomitmen melahirkan generasi baru melalui workshop, pameran, hingga kegiatan sosial.
Sebanyak 224 karya ditampilkan dalam pameran tersebut, terdiri atas foto tunggal hingga foto cerita.
Dalam rangkaian pameran dan workshop satu dekade PFI Bogor Raya itu, juga diberikan sertifikat kepada mahasiswa yang telah mengikuti pelatihan angkatan I, yakni mahasiswa dari Universitas Ibnu Khaldun , Universitas Pakukan (Unpak), Universitas Djuanda (Unida) dan IPB University dan berlangsung selama 4 kali/hari pertemuan, sejak dibuka pada Senin (4/8).
Pelatihan itu dilakukan atas kerja sama PFI Bogor dengan PT Kreativa Multimedia.
Digandengnya PT Kreativa Multimedia untuk pelatihan bagi mahasiswa itu karena lembaga itu didirikan sejumlah praktisi jurnalis dari kantor berita dan media nasional dengan pengalaman puluhan tahun dan unsur praktisi berpengalaman.
Edukasi mengenai fotojurnalistik di kalangan mahasiswa di Bogor, katanya, sangat penting, terlebih ada gejala semakin berkurangnya minat menjadi wartawan foto (foto journalism).
Selain Hermanus Prihatna, juga dihadirkan sebagai narasumber, yakni Redaktur Senior ANTARA di Desk Internasional, yakni Rahmat Nasution yang pernah bertugas sebagai Kepala Biro ANTARA di Canberra, Australia dan Andi Jauhari dari Desk Nasional, yang sering mendapatkan tugas di wilayah konflik, termasuk saat Pemilu I di Timor Leste usai referendum di Provinsi Timor Timur pada tanggal 30 Agustus 1999 dan juga konflik dan perang di Gaza, Palestina antara Israel-Palestina pada akhir 2008 hingga awal 2009. (Red/02)