JAKARTA, SUDUTPANDANG.ID – Menteri Perdagangan RI, Muhammad Lutfi mengungkapkan, penyebab kenaikan harga komoditas cabai jelang perayaan Natal 2021 dan Tahun Baru 2022. Mendag menyebut, mahalnya harga bahan pangan pedas tersebut disebabkan faktor cuaca karena curah hujan yang tinggi.
Akibatnya, lanjut Mendag Lutfi, supply cabai di pasaran menjadi terganggu dan tidak bisa memenuhi kebutuhan permintaan. Alhasil, kenaikan harga cabai tidak bisa dihindari jelang Nataru.
“Cabai tinggi karena persis panen terjadi hujan yang cukup tinggi. Sehingga, supply (pasokan) agak terganggu, jadi harganya tinggi,” bebernya kepada awak media di Jakarta, Rabu (22/12/2021).
Meski begitu, Mendag Lutfi memprediksi harga cabai akan kembali normal dalam waktu satu sampai dua bulan ke depan. Menyusul, sejumlah sentra produksi akan memasuki musim panen.
“Jadi, dalam satu sampai dua bulan ketika di tempat lain panen harga akan turun,” ucap dia menekankan.
Sebelumnya, harga komoditas cabai terus meningkat. Kini, menjelang pergantian tahun, harganya mencapai Rp75 ribu per kilogram.
“Sejak terjadi hujan deras pertama kali di Yogyakarta, sekitar pertengahan November hingga sekarang, harga cabai terus naik. Awalnya hanya naik sedikit tapi lama-lama sudah mencapai Rp75 ribu per kilogram,” kata Ketua Paguyuban Ayem Tentrem Pasar Beringharjo Timur, Ida Chabibah, dikutip dari kantor berita Antara pada Senin (13/12/2021).
Menurutnya, jika dibandingkan dengan harga termurah cabai rawit, harga saat ini sudah mengalami kenaikan hingga tiga kali lipat.
“Saat sedang murah harga cabai rawit sekitar Rp25 ribu per kilo, namun perlahan naik jadi Rp40 ribu, naik lagi jadi Rp50 ribu, lalu langsung naik jadi Rp75 ribu per kilo,” tambahnya.(red)