Hari Pers Nasional Banjarmasin 2025 Sangat Menakjubkan.

Catatan Hendro Basuki

Setidaknya bagi saya pribadi. Seluruh rangkaian acara Hari Pers Nasional (HPN) di Kalimantan Selatan (Kalsel) berjalan sukses nyaris tak ada cela. Di sisi lain, bagi saya, sangat menyenangkan. Ukuran menyenangkan bagi saya adalah bertemu wartawan-wartawan top.

Kemenkumham Bali

Karya beliau-beliau ini saya baca ketika masih muda. Atau setidaknya ketika mengawali profesi wartawan. Bahkan, secara terus terang, saya mengagumi artikel mereka di Kompas.

Kompas bukan hanya koran referensi, tetapi itu bacaan wajib di keluarga kami. Ketika saya masih SMP pada tahun 1975, bapak mewajibkan seluruh anaknya baca koran. Dan, koran itu adalah Kompas.

Sebelumnya Soeloeh Marhein. Saya masih ingat satu keluarga kami tiap sore berebut Kompas. Apa yang diperebutkan? Hanya kepengin membaca novel karya Yudhistira ANM Massardi yang kalau tidak salah berjudul “Mencoba Tidak Menyerah” sekitar 1979-1980. Masih SMA kala itu.

BACA JUGA  Hari Pers Nasional 2025: Hendry Ch Bangun, Sosok yang Paling Dicari

Apa yang menarik dari novel itu? Kisahnya mirip keluarga kami yang menjadi tertuduh PKI. Secara kebetulan, bapak terlihat cukup secara ekonomi di tahun 1966. Memiliki penggergajian kayu jati yang paling besar di Blora.

Dan uniknya, persis seperti alur cerita, waktu rumah kami digeledah, ditemukan buku-buku agama termasuk juga Al Qur’an. “PKI kok punya Qur’an”. Begitulah seterusnya.

Bapak sempat ditahan 6 hari, tetapi tak terbukti komunis.

Maka, bukan kebetulan jika saya jadi wartawan. Meski pun latar belakang saya sarjana akuntansi. Kakak saya juga wartawan. Djoko Pitono namanya.

Nah, pas kemarin Mas Djunaidi Tjunti Agus njawil saya. “Kenalkan Mas, ini Ian. Ian Situmorang!”
“Sudah kenal?”
“Belum. Tapi aku sudah baca tulisan²nya sejak lama,” jawabku.
Di hati aku senang sekali bersalaman dengan Bang Ian. Mungkin tidak seperti kawan yang lain.

BACA JUGA  OA Rasa Ormas

Kenapa? Sudah membaca karyanya, baru bersalaman dengan beliaunya.
Lalu, foto pula dengan Mas Jimmy S Hariyanto. Ternyata mungil. Asli baru tahu ya di HPN Banjarmasin. Oh iya, Bang Yesayas Oktavianus juga Di pikiran langsung terlintas nama besar Valens Gowa Doy. Lho juga langsung teringat isi buku Pak Jacob Oetama yang berjudul ” Perspektif Pers Indonesia” yang diterbitkan LP3ES tahun 1987.

Dan, saya belajar jadi wartawan mulai 1982 itu karena sejak kecil membaca Kompas. Bahkan kode itu secara khusus adalah (jup) dan (bd) yang dikemudian hari saya baru paham itu namanya komplitnya Julius Poer dan Rudi Badil.

HPN Banjarmasin mengesankan saya sampai masuk di wilayah kebanggaan pribadi dan profesi.

BACA JUGA  Lag-lagi Soal Novel Baswedan

Bravo PWI…!

*Penulis Hendro Basuki adalah mantan Pemimpin Redaksi Suara Merdeka, Semarang.