Hari Pers Nasional: Kata “Cantik” untuk Ratna Sari Dewi

Frasa Kata Cantik
Ratna Sari Dewi (Foto Istimewa)

Catatan M. Nasir

SUDUTPANDANG.ID – Jangan menggunakan kata sifat “cantik” kalau kita tidak bisa menunjukkan faktanya. Kalau tidak bisa menyebutkan faktanya, tetapi ingin tetap menggunakan kata “cantik”, cari lah kutipan langsung dari kata orang atau sumber berita yang mengatakan “cantik”.

Kemenkumham Bali

Tetapi sebagai wartawan yang berpikir kritis akan mengejar sumber untuk menjelaskan fakta kata “cantik” yang diucapkan.

Mengapa tidak boleh menggunakan kata sifat tanpa menguraikan fakta-faktanya? Kata sifat itu opini yang menyembunyikan fakta. Harus diuraikan supaya tidak menyesatkan.

Demikian doktrin dunia jurnalistik, dunia tulis-menulis yang masih berlaku. Harus selalu menampilkan fakta setelah beropini.

“Ketika kamu menggunakan kata sifat, kamu akan berisiko menyelipkan opinimu ke dalam cerita,” kata Carole Rich dalam bukunya Writing and Reporting News, A Coaching Methode, Wadsworth Chengage Learning, 2010.

Kita tidak boleh mengumbar kata sifat tanpa menyampaikan faktanya. Seperti juga kata sifat “buruk”, “baik” dan “hebat”. Kalau penulis tidak menunjukkan faktanya, pembaca akan bertanya apanya yang hebat?

Pelajaran menulis seperti itu juga saya sampaikan ketika mengajar critical thinking (berpikir kritis) pada Sekolah Jurnalisme Indonesia (SJI) PWI Pusat, dan pelatihan-pelatihan jurnalistik pra uji kompetensi wartawan di berbagai daerah.

Ratna Sari Dewi “Cantik”

Lalu bagaimana ketika ingin menuliskan cerita bahwa Ratna Sari Dewi yang terlibat banyak membantu suksesnya Hari Pers Nasional (HPN) 2025 di Kalimantan Selatan (Kalsel), adalah perempuan yang cantik?

BACA JUGA  Jangan PHK Karena Corona

Kalau ingin mendeskripsikan faktanya, sebutkan rambutnya, gaya bersisir, bentuk wajahnya, senyumnya, dan seterusnya.

Tetapi saya tidak memilih mendeskripsikan rambutnya. Tentu saya kesulitan, karena rambutnya selalu tertutup jilbab.

Saya memilih menggunakan cara lain, yaitu mengambil kutipan langsung dari orang lain yang mengatakan Dewi cantik.

Kata “cantik” untuk Dewi dalam catatan ini bukan kata saya, tetapi kata Gubernur Kalimantan Selatan H. Muhidin yang saya kutip.

Saat memberikan sambutan, ketika menerima tim survei HPN 2025 yang dipimpin Ketua Umum PWI Pusat Hendry Ch Bangun, Sabtu (1/2/2025), Gubernur Muhidin terlebih dulu mengucapkan terima kasih kepada pembawa acara yang ia sebut sebagai “pembawa acara tercantik”.

“Terima kasih waktu yang diberikan oleh pembawa acara tercantik..” kata Muhidin yang disambut tepuk tangan hadirin di ruang rapat Gubernur Kalsel, Banjarbaru.

Ratna Sari Dewi yang menjadi pembawa acara pun tersipu-sipu di sudut kiri depan ruang rapat gubernur. Wajahnya sedikit memerah.

Dewi sempat “diisukan” punya kedekatan khusus dengan Muhidin lantaran saat debat calon gubernur yang diikuti Muhidin, Dewi banyak bercakap-cakap dengannya.

Di situlah kedekatannya terbaca oleh penonton televisi yang menyiarkan debat calon gubernur Kalsel. “Saya sebagai wartawan harus akrab dengan narasumber. Pak Muhidin itu jaringan kami dalam mengembangkan berita,” kata Dewi pada saya.

Saya mengenal Dewi selama ini sebagai penguji kompetensi wartawan. Dia wartawan utama dan produser yang tahu betul jarak profesional dengan sumber berita.

BACA JUGA  Komparasi Pelanggaran Penggantian Pimpinan Dewan Pers

Dewi bekerja di TVRI Kalsel. Ia sebagai Ketua Tim Perencana dan Pengendalian Berita, serta Produser Eksekutif.

Selain itu dia juga Direktur Lembaga Pengembangan Sumber Daya Manusia Puspa Bangsa. Di Kalsel, ilmu pengetahuan dan skill-nya masih banyak diperlukan oleh masyarakat luas. Dia diundang di banyak acara.

Begitu pula di HPN 2025 perempuan dengan tinggi badan semampai ini juga diserahi tugas di bidang acara.
Makanya dia tampak mondar-mandir di samping sudut depan panggung seminar nasional HPN yang membahas “Ekonomi Pancasila Prabowonomics” di Banjarmasin, Sabtu, 8 Februari 2028.

“Di sini saya mengawasi jalannya acara saja,” kata Dewi kelahiran Sukabumi, Jawa Barat tahun 1975, yang kini menjadi Wakil Sekretaris PWI Kalsel.

Sejak persiapan Hari Pers Nasional (HPN) 2025 hingga perayaan puncaknya, 9 Februari, dia banyak terlibat mengurus jalannya acara, menjadi pembawa acara, termasuk membantu kelancaran seminar nasional.

Tugas yang diterimanya di perhelatan HPN kelihatannya tepat. Pendidikan dan pengalamannya menunjang.

Dia lulusan Ilmu Komunikasi (S2) UNISKA, dan Administrasi Niaga (S1) FISIP Universitas Lambung Mangkurat (ULM). Sekarang ia sedang menyelesaikan disertasi (program doktor) tentang seputar media sosial di Universitas Airlangga.

Di bidang pendidikan profesi, Ratna Sari Dewi termasuk yang beruntung. Ia mendapat kesempatan mengikuti program pelatihan pemberitaan dan broadcasting (penyiaran) di Turki tahun 2022. Bahkan sebelumnya tahun 2016 ia juga mengikuti pendidikan dan pelatihan broadcasting di Korea Selatan.

BACA JUGA  Pembelajaran Daring dan Keterampilan Bahasa yang Garing

Meskipun lahir di Sukabumi Dewi mengaku berdarah Banjar. “Ayah saya asli Kandangan Kabupaten
Hulu Sungai Selatan, Kalsel,” tutur istri Prabowo WP SH., MKn
yang berprofesi sebagai advokad ini.

Ibu dari tiga putri ini dalam acara rangkaian HPN 2025, diam-diam ikut lomba baca puisi dan mendapat juara harapan pada Jumat (7/2/2025).

Lomba baca puisi itu diikuti 25 wartawan dari Jakarta, Jambi dan tuan rumah Banjarmasin.
Mereka tampil dengan gaya masing-masing, menyebabkan Wetland Square tempat acara diadakan, menjadi bergelora.

Dewi bersama pemenang lainnya mendapat ucapan selamat dari Menteri Kebudayaan RI Fadli Zon.
“Semalam, saya bersalaman dengan pak Menteri Kebudayaan. Menang baca puisi,” tutur Dewi yang kini tinggal di Komplek Sultan Adam
Permai Banjarmasin. (Catatan M. Nasir, Wartawan Harian Kompas 1989- 2018, kini Pengurus Harian PWI Pusat).(***(