DEPOK-JABAR, SUDUTPANDANG.ID – Yayasan Islam Al-Hamidiyah (YIH) Depok, Jawa Barat menggelar puncak peringatan Haul ke-30 KH Achmad Sjaichu dengan mengangkat tema “Merawat Tradisi, Menguatkan Inovasi” dengan menghadirkan pembicara utama Prof Dr KH. Said Agil Husin Al Munawar, MA.
Dalam taklimat media yang diterima di Depok, Selasa (4/2/2025) disebutkan bahwa haul yang telak dilaksanakan pada Sabtu (1/2) itu juga dihadiri Direktur Utama YIH, dr H Imam Susanto, Sp.B., Sp.BP-RE (K), Direktur Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren (PD Pontren) Kemenag RI, Dr H Basnang Said, S.Ag., Pengasuh Pondok Pesantren Al-Hidayat An-Nuriyyah Lasem Rembang, Jateng, K.H. Syihabuddin Ahmad Ma’shoem serta jajaran manajemen dan keluarga besar YIH.
Selain acara puncak, serangkaian kegiatan sosial turut dilakukan, seperti sunatan massal untuk 150 anak yatim, donor darah, pembagian sembako kepada 200 dhuafa, festival hadroh, serta acara lainnya seperti manaqib, temu alumni, dan khataman Al-Quran yang diikuti oleh seluruh santri, guru, dan karyawan YIH.
Dalam kesempatan itu Prof KH Said Agil Husin Al-Munawar menegaskan pentingnya tradisi haul sebagai bentuk komunikasi antara yang hidup dan yang telah tiada.
Ia juga menyoroti keteladanan KH. Achmad Sjaichu dalam ilmu pengetahuan, akhlak, dan amal jariyah yang terus mengalir.
Lebih lanjut, ia menekankan pentingnya doa dari orang tua dan guru dalam kehidupan seorang santri.
“Keberkahan yang ada di tangan orang tua dan guru tidak ternilai harganya. Doa mereka untuk kita sangat mahal dan membawa berkah yang luar biasa,” tambahnya.
Ia menambahkan, K.H. Achmad Sjaichu adalah sosok yang sangat teladan dalam berbagai aspek, termasuk ilmu pengetahuan, akhlak, dan budi pekerti.
“Ilmu yang beliau ajarkan, Al-Quran yang beliau wakafkan, anak-anak shaleh yang beliau didik, masjid yang beliau bangun, dan banyak lagi amal jariyah lainnya yang terus mengalir. Semua itu adalah contoh teladan yang harus kita ikuti,” ujarnya.
Dengan tema ini, acara Haul ke-30 KH. Achmad Sjaichu tidak hanya menjadi momen penghormatan, tetapi juga momentum untuk memperkuat inovasi dan pendidikan pesantren yang tetap relevan di tengah perubahan zaman. (PR/02)