Jakarta, SudutPandang.id – Pasar modal merespons positif Presiden Joko Widodo (Jokowi) sebagai orang pertama yang disuntik vaksin Covid-19. Para pelaku pasar melihat optimisme pemerintah terhadap program vaksinasi yang diharapkan akan mengurangi penyebaran virus Corona di Indonesia.
“Pemerintah begitu optimis dengan vaksin yang akan divaksinasikan ke masyarakat, dengan harapan Covid-19 akan berkurang,” kata Analis PT Garuda Berjangka, Ibrahim, dalam keterangannya, Rabu (13/1/2021).
Ia menilai Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang dibuka hari ini menguat ke posisi 6.439,93 pada perdagangan pagi ini dibanding kemarin merupakan sentimen positif pasar modal.
“Hal ini memberikan dorongan terhadap pelaku pasar bahwa Jokowi saja sudah divaksin, lalu apa alasan masyarakat yang menolak divaksinasi?” ujarnya.
Menurut Ibrahim, optimisme terhadap vaksin ini membuat IHSG kembali naik, karena saham-saham di bidang farmasi, teknologi, perbankan, komoditas, serta infrastruktur, kembali mengalami kenaikan. Bahkan, sejak pagi tadi kenaikan di sektor-sektor tersebut sudah terlihat.
“Meskipun, kemungkinan besar kenaikan yang paling tinggi terjadi di bidang farmasi dan perbankan, karena kaitan antara kedua sektor tersebut,” katanya.
Selain itu, sambung dia, sektor lain yang juga mendapat perhatian adalah sektor teknologi, yang diprediksi bakal mengalami kenaikan akibat adanya pengetatan kegiatan oleh pemerintah. Karena hal itu akan membuat para anak sekolah akan kembali gencar melakukan pembelajaran secara daring, sehingga membuat saham-saham di sektor teknologi akan kembali melesat.
“Terutama seperti Telkom, Indihome, First Media, di mana mereka memang sudah listing di bursa, kemungkinan besar akan mendapatkan keuntungan yang cukup signifikan dalam bulan-bulan ini,” jelas Ibrahim.
Terpisah, Analis Binaartha Sekuritas, M. Nafan Aji, mengakui bahwa euforia terkait penyelenggaraan vaksinasi massal juga disikapi positif oleh para pelaku pasar.
“Apalagi, hari ini Presiden Jokowi telah divaksin dengan menggunakan produk Sinovac. Saat ini hanya sektor consumer, jasa, dan manufaktur yang terkoreksi,” tutur Nafan.(red/bbg)