JAKARTA, SUDUTPANDANG.ID – Sebanyak 12 pesepeda dari berbagai latar belakang ikut berpartisipasi dalam kegiatan bersepeda yang dinamakan “Journey from Zero” yang diprakarsasi oleh Komunitas Journey To Zero. Kegiatan bersepeda diawali dari Tugu 0 Kilometer di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) pada 15 Juni 2022, kemudian bergerak ke timur dan berakhir di Provinsi Bal. Menempuh jarak tempuh total kurang lebih sejauh 4.224 km. Kegiatan ini dibagi ke dalam 12 rute, di mana setiap pesepeda akan bergantian menempuh 1 rute dengan menggunakan sepeda yang sama. Kegiatan ini ditargetkan selesai di Provinsi Bali pada 23 Agustus 2022 mendatang.
Dalam siaran pers, Kamis (28/7/2020), kegiatan ini bertujuan untuk menyebarkan kesadaran akan kualitas udara Indonesia dengan cara bersepeda. Setiap pesepeda akan memberikan informasi mengenai kualitas udara di setiap kota yang dilewatinya melalui akun media sosial masing-masing pesepeda. Diharapkan di masa mendatang pencemaran udara semakin berkurang, panas bumi dan perubahan iklim semakin lebih terkendali.
Journey from Zero adalah kegiatan yang dibuat oleh Journey to Zero. Sebuah wadah yang diinisiasikan melalui gerakan #BirukanLangit. Pesan utama yang ditujukan kepada siapa saja yang memiliki tujuan serupa, yaitu langit dan lingkungan lebih baik. Journey to Zero tidak hanya ditujukan untuk pesepeda, pelari, dan juga pejalan kaki yang setuju untuk lebih banyak bergerak mengurangi karbon, tapi juga siapa saja yang memiliki tujuan yang sama.
Adapun tujuan dari Journey to Zero selaras dengan misi visi Kementerian LHK, khususnya pada program Langit Biru pada Direktorat Pengendalian Pencemaran Udara, Ditjen Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan. Program Langit Biru bertujuan untuk mendorong 514 pemerintah kabupaten kota melakukan upaya upaya pengendalian pencemaran udara untuk mencapai udara yang lebih bersih. KLHK melakukan evaluasi dan pembinaan kepada pemerintah kab/kota.
Direktur Pengendalian Pencemaran Udara, Luckmi Purwandari, serta perwakilan komunitas yang berasal dari Journey to Zero, Bike to Work dan Re-Cycle (komunitas pesepeda KLHK) bersama-sama melepas Fadli Fikriawan sebagai pesepeda yang akan melanjutkan etape rute Jakarta – Bandung sejauh 171 km. Fadli Fikriawan yang biasa disapa Awan, sebagai riders ke-8 mengajak #SobatHijau untuk menggunakan kendaraan rendah emisi gas buang seperti bersepeda, transportasi umum, dan berjalan kaki untuk berkegiatan sehari-hari.
“Kami mengapresiasi berterima kasih setinggi-tingginya atas prakarsa komunitas Journey to Zero untuk bersepeda dari Kota Banda Aceh sampai dengan Bali melalui program Journey From Zero. Semoga program Journey From Zero ini mampu bersinergi dalam mendorong percepatan implementasi Program Langit Biru di 514 Kab kota seluruh Indonesia,” tutur Luckmi.
Ia juga mendorong pesepeda Journey From Zero untuk berkoordinasi dengan beberapa simpul Pemerintah Kabupaten/Kota yang dilaluinya. Ia berharap Komunitas Journey To Zero bisa berperan sebagai agent of change pada program Langit Biru untuk menularkan semangat kepada komunitas dan masyarakat yang dilaluinya.
Seperti yang diketahui bersama, dalam Program Langit Biru KLHK dikembangkan peraturan. Antara lain terbitnya Baku Mutu Emisi kendaraan tipe baru yang mewajibkan produsen kendaaraan bermotor roda empat atau lebih menerapkan teknologi Euro 4. Mewajibkan uji emisi bagi kendaraan bermotor sebagai dasar untuk penetapan pajak kendaraan, serta mendorong percepatan penggunaan kendaraan listrik. Selain itu, program ini juga mendorong untuk koordinasi dengan Kementerian/Lembaga lainnya untuk penyediaan bahan bakar yang ramah lingkungan.
Selain itu juga dilakukan pengetatan Baku Mutu Emisi untuk pembangkit tenaga termal, genset, serta kewajiban menerapkan pemantauan emisi secara otomatis riil time dan terintegrasi bagai usaha berpotensi pencemar tinggi.
505 Kabupaten Kota
Dari sisi pemantauan kualiatas udara, KLHK melakukan pemantauan udara secara manual passive di 505 kabupaten kota, juga melakukan pemantauan otomatis riil time yang tersebar di 41 kabupaten kota di Indonesia, ditambah 15 stasiun pemantau otomatis yang saat ini sedang alam proses pembangunan.
Setelah kegiatan ini masyarakat tergerak untuk mengurangi emisi karbon melalui pengurangan kendaraan bermotor dalam berkegiatan, serta meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai pentingnya menjaga kualitas udara demi kepentingan bersama. Udara bersih dan sehat tidak cukup hanya digaungkan. Namun harus diupayakan secara terus menerus sehingga menjadi budaya. Tidak dilakukan sendiri, namun dilakukan oleh semua pihak baik pemerintah, masyarakat, komunitas, pelaku usaha, civitas academica, dan media. Terus gaungkan semangat: Langit Biru Karya Kita Bersama.(Bkt)