SAMBAS, SUDUTPANDANG.ID – Kementerian Pertanian (Kementan) melalui Direktorat Jenderal (Ditjen) Hortikultura memiliki langkah strategis berupa pengembangan Kampung Hortikultura. Salah satu Kampung Hortikultura yang dikembangkan adalah Kampung Jeruk di Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat.
Sejak 2018 lalu, telah dikembangkan kawasan jeruk dari APBN dengan luas lebih dari 1.000 hektare di Kabupaten Sambas. Pengembangan jeruk di kabupaten tersebut merupakan tindak lanjut dari Instruksi Presiden (Inpres) No. 1 Tahun 2021 yang menerangkan bahwa Sambas merupakan salah satu lokasi prioritas untuk pengembangan pertanian di daerah perbatasan.
Pada kegiatan Bimbingan Teknis (Bimtek) Budidaya Jeruk di Desa Gapura, Jumat (19/5) lalu, Kepala Bidang Hortikultura Dinas Pertanian Kabupaten Sambas, Dedy Budianto, mengungkapkan bahwa daerahnya memiliki potensi sangat besar untuk pengembangan jeruk karena pasar ekspor ke Malaysia masih sangat terbuka lebar.
“Kabupaten Sambas merupakan daerah perbatasan dengan Malaysia. Ini bisa menjadi peluang untuk memasok jeruk ke sana,” terang Dedy.
Dedy menambahkan, saat ini pisang dan buah naga sudah diekspor ke Malaysia, serta jeruk varietas Krisma atau yang biasa disebut jeruk keprok madu susu juga sudah mulai dijual ke sana.
“Untuk memenuhi permintaan pasar ke Malaysia tersebut, tentunya petani Sambas harus mampu memenuhi kuantitas, kualitas dan kontinuitas produksi,” katanya.
Dedy menyebutkan, saat ini petani jeruk di Desa Gapura mulai menerapkan teknologi untuk menghasilkan buah jeruk yang dapat dipanen berjenjang sepanjang tahun atau yang biasa disebut bujangseta.
Ketua Kelompok Tani (Poktan) Buluh Serumpun, Ramli mengatakan dengan menerapkan bujangseta, buah jeruk dapat berbuah sepanjang tahun.
“Dari 170 pohon jeruk yang sudah produksi, panen pertama saya bisa beli motor, dan panen selanjutnya bisa buat beli kendaraan roda empat, renovasi rumah dan sekolahkan anak. Alhamdulillah cukup menguntungkan,” ucap Ramli.
Ramli mengucapkan terima kasih kepada Kementan, diwakili Ditjen Hortikultura dan Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika (Balitjestro), yang telah memberikan bimtek bujangseta dan bantuan sarana produksi kepada Poktan. Sehingga bisa panen jeruk dengan hasil yang memuaskan.
Direktur Buah dan Florikultura, Liferdi Lukman menjelaskan bahwa Kabupaten Sambas merupakan sentra utama jeruk di Kalimantan Barat (Kalbar) yang terus didorong peningkatan produksi dan mutunya.
Ekspor
Dari data BPS tercatat bahwa Provinsi Kalbar memberikan sharing produksi jeruk nasional rata-rata sebesar 5,12 persen per tahun. Dalam beberapa tahun terakhir, Kementan fokus mengembangkan jeruk dalam rangka mengurangi impor dan saat ini pengembangan jeruk juga didorong untuk peningkatan ekspornya.
Kabupaten Sambas merupakan daerah perbatasan dengan Malaysia. Tidak perlu menggunakan pesawat dan kapal laut. Hasil panennya bisa langsung dijual ke sana.
“Tentunya hal ini adalah peluang besar untuk terus meningkatkan produksi dan mutu. Pada 2022, Kementan telah mengalokasikan kegiatan intensifikasi dengan penerapan teknologi bujangseta seluas 50 hektar di Kabupaten Sambas ini,” jelas Liferdi.(smd)