KMP: Jangan Cuma Dibangun, Harus Juga Dibesarkan

KMP
Dr. Kemal H Simanjuntak, MBA adalah Konsultan Manajemen | GRC Expert | Asesor LSP Tatakelola, Risiko, Kepatuhan (TRK)

“Sumber daya manusia juga sangat menentukan. Tidak cukup orang jujur atau orang desa yang dikenal baik. Pengurus Koperasi Merah Putih (KMP) harus dibekali keterampilan dari mengatur kas, menyusun rencana bisnis, hingga memahami alur kredit dan bunga. Pelatihan tidak boleh hanya sekali, lalu selesai”

Oleh : Dr. Kemal H Simanjuntak, MBA

Program Koperasi Merah Putih (KMP) menggelinding bak bola salju yang membawa harapan baru bagi wajah ekonomi desa. Target pemerintah pun bukan main-main 80.000 koperasi berdiri di seluruh Indonesia, satu desa satu koperasi. Tapi seperti anak yang lahir prematur, koperasi-koperasi ini masih sangat rapuh.

Jangan sampai ia hanya sekadar nama dan papan, lalu dibiarkan membusuk dalam administrasi. Realitas di lapangan menunjukkan bahwa ekspektasi warga desa semula meleset jauh. Banyak yang mengira dana Rp 5 miliar itu adalah hibah, bukan pinjaman. Antusiasme meledak jadi rebutan jabatan. Bahkan sempat muncul daftar calon pengurus koperasi yang isinya penuh orang-orang dekat bupati.

Namun, setelah diklarifikasi bahwa dana itu adalah pinjaman bank yang harus dikembalikan, semangat itu berubah menjadi keengganan. Inilah cermin awal bahwa semangat koperasi seringkali tumbuh karena uang, bukan karena visi usaha bersama dan memang, koperasi tidak bisa hidup hanya dari semangat. Ia butuh sistem yang menopang.

BACA JUGA  Sulap Ujian Jadi Peluang Bersama Gojek

Sistem ini bukan sekadar struktur organisasi, melainkan mekanisme yang memastikan aliran dana, pencatatan transaksi, audit internal, hingga manajemen risiko berjalan baik. Dibutuhkan aplikasi pembukuan sederhana, pelaporan digital yang real-time, serta SOP yang mudah dipahami pengurus awam. Tanpa sistem ini, koperasi hanya akan jadi beban, bukan lokomotif ekonomi rakyat.

Sumber daya manusia juga sangat menentukan. Tidak cukup orang jujur atau orang desa yang dikenal baik. Pengurus koperasi harus dibekali keterampilan: dari mengatur kas, menyusun rencana bisnis, hingga memahami alur kredit dan bunga. Pelatihan tidak boleh hanya sekali, lalu selesai.

Harus ada program pembelajaran berkelanjutan berbasis digital dan lokal, disesuaikan dengan karakter koperasi dan potensi desa masing-masing.
Yang lebih penting lagi koperasi harus berani berbisnis. Visi sosial tidak akan cukup tanpa perhitungan usaha yang jelas.

Kalau ingin membuka pangkalan elpiji, pastikan ada izin distribusi dan skema logistik. Kalau ingin membeli hasil tani warga, harus tahu siapa yang akan jadi pembeli, bagaimana distribusinya, dan berapa margin keuntungannya. Koperasi tidak bisa asal jualan, lalu berharap bisa bayar cicilan bank tiap bulan dan justru karena dana ini berbentuk pinjaman, sistem pengendalian koperasi harus tegas.

BACA JUGA  Tipikor Siap Gelar Sidang Kasus Suap Eks Ketua PN Surabaya

Pemerintah tidak boleh hanya jadi fasilitator awal harus menjadi pengawas dan penegak tata kelola. Audit keuangan wajib. Pelaporan digital bulanan harus berjalan. Koperasi yang fiktif atau menyalahgunakan dana harus langsung dibekukan. Pendampingan koperasi juga harus berasal dari pihak independen: kampus, tokoh lokal, hingga lembaga audit yang netral.

Yang sering terlupakan koperasi-koperasi tidak harus jalan sendiri. Mereka bisa saling menopang. Di satu kecamatan, koperasi bisa membentuk jaringan. Ada koperasi yang fokus pada pembiayaan mikro, yang lain pada logistik, yang lain lagi pada penjualan. Kalau koperasi bisa membentuk ekosistem seperti ini, maka ketahanan ekonomi desa tidak akan bergantung pada tengkulak, tetapi pada sesama rakyat.

Koperasi Merah Putih (KMP) adalah simbol besar dari transformasi ekonomi Indonesia. Tapi simbol saja tidak cukup. Ia harus hidup, tumbuh, dan terus menyala. Jangan sekadar dilahirkan karena proyek, lalu ditinggalkan seperti anak yatim.

BACA JUGA  "Little Bangkok" Diharapkan Hidupkan Kembali Pasar Tanah Abang

Pemerintah, bank, tokoh masyarakat, dan warga desa sendiri harus memastikan: koperasi ini bukan mimpi jangka pendek. Tapi kendaraan ekonomi jangka panjang yang benar-benar bisa mengubah nasib rakyat. Bila benar koperasi ini anak kandung visi ekonomi Presiden Prabowo, maka tugas kita semua adalah memastikan anak ini tidak hanya dilahirkan. Tapi juga dibesarkan, dididik, dan dijaga sampai mandiri.

Bila Anda ingin saya bantu buatkan versi infografis, podcast narasi ringan, atau skrip video edukatif, tinggal beri instruksi lanjut.

*Penulis Dr. Kemal H Simanjuntak, MBA adalah Konsultan Manajemen | GRC Expert | Asesor LSP Tatakelola, Risiko, Kepatuhan (TRK)