JAKARTA, SUDUTPANDANG.ID – Guna mengurangi ketergantungan dan memangkas pemakaian terhadap energi fosil, Majelis Lingkungan Hidup (MLH) Pimpinan Pusat Muhammadiyah akan memasang 1.000 panel surya yang disebar di gedung-gedung lembaga persyarikatan sebagai upaya merawat lingkungan hidup.
Ketua MLH Muhammadiyah, Azrul Tanjung dalam Rakernas di Jakarta, Jumat (18/8/2023) mengatakan pemasangan seribuan panel surya tersebut dapat mengurangi ketergantungan energi fosil 20 hingga 30 persen.
Upaya tersebut menjadi salah satu bukti nyata PP Muhammadiyah dalam merawat lingkungan hidup dan mengatasi krisis iklim.
“Ada beberapa isu lingkungan hidup yang perlu kita benahi. Kita harus melakukan pemulihan terhadap lingkungan hidup, terutama dalam rusaknya ekosistem yang berdampak pada rusaknya sistem kehidupan kita,” katanya.
Panel surya tersebut, akan dipasang di sejumlah tempat, seperti rumah sakit, sekolah, perguruan tinggi, hingga gedung-gedung lembaga di bawah naungan Muhammadiyah.
“Saat ini prosesnya sedang pemasangan. Bahkan, kantor pusat Muhammadiyah sudah dipasang,” katanya.
Selain itu, MLH Muhammadiyah juga mengembangkan penggunaan pelet kayu sebagai bahan bakar alternatif. Pelet kayu yang terbentuk dari hasil pengolahan limbah kayu atau ranting pohon menjadi serbuk kayu nantinya dipadatkan.
Pelet kayu termasuk dalam pemanfaatan biomassa sebagai jenis bahan bakar alternatif terbarukan yang ramah lingkungan.
“Kita akan gerakkan di Muhammadiyah, mulai dari rumah tangga untuk memuliakan lingkungan hidup,” kata Azrul Tanjung.
Sebelumnya, MLH Pimpinan Pusat Muhammadiyah menggelar rapat kerja nasional di Jakarta, pada 18-20 Agustus 2023, untuk merumuskan strategi gerakan dalam mengatasi dan memitigasi krisis lingkungan yang terjadi dewasa ini.
“Di sini akan banyak pandangan yang bersifat kebijakan, langkah-langkah, dan pandangan keilmuan yang objektif, bagaimana menjaga lingkungan hidup kita, baik dalam skala nasional maupun global,” kata Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir.
Ia mengatakan dampak kerusakan lingkungan membuat bencana alam semakin sering terjadi di berbagai belahan dunia.
Cuaca ekstrem, banjir bandang, kebakaran hutan, hingga polusi udara, menjadi fenomena sehari-hari, kata Haedar Nashir. (02/Ant)