“Pemerintah baru bersedia membantu Tiongkok untuk meningkatkan perdamaian dan kemakmuran di Selat Taiwan, serta perdamaian dan kemakmuran di kedua sisi selat.”
JAKARTA, SUDUTPANDANG.ID – Presiden Taiwan Lai Ching-te (賴清德) tampil di sampul majalah TIME. Ia menjadi tokoh dunia ketiga yang tampil di sampul majalah TIME tahun ini, setelah Presiden AS Joe Biden dan Perdana Menteri Thailand yang baru terpilih, Srettha Thavisin. Hal ini menunjukkan perhatian besar dari masyarakat internasional.
Melansir situs RTI Radio Taiwan International, Jumat (14/6/2024), Lai Ching-te, baru-baru ini diwawancarai oleh majalah TIME. Wawancara tersebut diterbitkan pada Kamis (13/6/2024-, dengan Lai Ching-te menjadi sampul majalah TIME.
Mengenai kerja sama dengan partai oposisi, Lai Ching-te menyatakan bahwa hasil pemilihan parlemen kali ini, tidak ada partai yang memperoleh suara mayoritas, dan itu merupakan keputusan rakyat.
“Ini memberikan kesempatan bagi setiap partai untuk berbagi ideologi mereka dan bersama-sama memikul tanggung jawab negara.” kata mantan dokter yang juga dikenal dengan nama William Lai.
Ia menyatakan bahwa fokus pemerintahannya di masa depan akan berpusat pada memperdalam demokrasi Taiwan, menjaga perdamaian regional, dan membawa Taiwan ke panggung internasional. Lai meyakini bahwa partai oposisi tidak akan menentang arah yang bermanfaat bagi negara dan rakyat.
“Demokrasi, perdamaian, dan kemakmuran adalah arah pemerintahan Taiwan, dan juga merupakan penghubung Taiwan dengan dunia,” tegasnya.
“Pemerintahannya di masa depan akan memperdalam demokrasi Taiwan, menjaga perdamaian regional, dan membawa Taiwan ke panggung internasional untuk membantu mendorong kemakmuran dunia,” tambahnya.
Meskipun menghadapi tekanan dari Tiongkok terhadap ruang internasional Taiwan, Lai berharap semua negara di dunia akan menghormati pilihan rakyat Taiwan.
Di masa depan, ia akan berupaya agar masyarakat internasional membantu, memahami, dan mendukung Taiwan. Upaya Tiongkok untuk memengaruhi hubungan diplomatik Taiwan tidak akan mengubah pencapaian Taiwan sebagai mercusuar kebebasan dan benteng demokrasi di dunia.
Ketika ditanya tentang pandangannya mengenai penolakan Partai Komunis Tiongkok untuk berkomunikasi dan berdialog dengan pemerintahan saat ini, serta isu-isu terkait Tiongkok, ia menegaskan bahwa perdamaian dan stabilitas di Selat Taiwan adalah elemen penting bagi keamanan dan kemakmuran dunia.
Saat pidato pelantikan, Lai menyatakan akan mengikuti jalur “Empat Keteguhan” yang ditetapkan oleh mantan Presiden Tsai Ing-wen, yaitu tidak akan tunduk pada tekanan, tidak akan memprovokasi, menjaga status quo, dan memenuhi tanggung jawab Taiwan.
Terkait pernyataan bahwa Taiwan dan RRT tidak saling tunduk satu sama lain, hal itu didasarkan pada fakta, termasuk pernyataan mantan Presiden Tsai Ing-wen dan Ma Ying-jeou yang pernah mengemukakan posisi serupa.
Lai juga percaya bahwa sikap RRT yang ingin ‘mencaplok’ Taiwan adalah kebijakan nasional mereka. Namun, menciptakan perselisihan di Selat Taiwan dan memengaruhi perdamaian dan stabilitas di kawasan Indo-Pasifik tidak akan diterima oleh masyarakat internasional.
Bersatu dan terhubung dengan masyarakat internasional
Rakyat Taiwan, lanjutnya, terlepas dari partai politiknya harus menghadapi ini bersama-sama. Ia pun menekankan bahwa hanya dengan bersatu dan terhubung dengan masyarakat internasional, maka Taiwan dapat memastikan kedaulatannya tidak dilanggar dan cara hidup demokrasi dan kebebasan tidak dirusak.
Mengenai hubungan ekonomi dan perdagangan Taiwan dengan Tiongkok dan dunia, Presiden Lai menyatakan bahwa Taiwan memiliki keunggulan dalam industri semikonduktor dan memiliki tanggung jawab untuk mendorong kemakmuran serta pembangunan dunia.
“Taiwan terlibat dalam desain IC, manufaktur wafer, pengujian dan pengemasan akhir, sementara komponen, peralatan, teknologi, dan sumber daya lainnya tersebar di negara lain. Ini adalah industri dengan pembagian kerja global,” katanya.
Menghadapi memburuknya masalah ekonomi Tiongkok, William Lai juga percaya bahwa kontrol pemerintah Tiongkok terhadap pasar bebas menjadi semakin ketat. Perlindungan hak kekayaan intelektual jangka panjang juga tidak memenuhi harapan masyarakat internasional. Lingkungan bisnis di Tiongkok telah memburuk.
Namun, Tiongkok yang stabil dapat menghasilkan Taiwan yang aman. Taiwan yang makmur dapat mendorong kemajuan Tiongkok. Ia pun tidak senang ketika melihat ekonomi Tiongkok memburuk dan gejolak sosial bermunculan.
“Pemerintah baru bersedia membantu Tiongkok untuk meningkatkan perdamaian dan kemakmuran di Selat Taiwan, serta perdamaian dan kemakmuran di kedua sisi selat,” kata William Lai yang masuk daftar “100 Orang Paling Berpengaruh Tahun 2024” versi majalah TIME.(PR/01)