Tri Indroyono

Mahasiswa KKN UIN Walisongo Adakan Webinar, Ini yang Dibahas

Foto:dok.Mahasiswa KKN UIN Walisongo

SEMARANG, SUDUTPANDANG.ID – Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Reguler dari Rumah (DR) ke-77 kelompok 128 Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang mengadakan Webinar bertemakan “Pengaruh Media Sosial dalam Penyebaran Faham Radikalisme di Era Pandemi Covid-19” melalui platform zoom cloud meeting, pada Sabtu (6/11/2021).

Webinar yang dipandu mahasiswa KKN kelompok 128 Abdullah Faiz ini, tampil sebagai narasumber Agus Khunaifi, M.Ag, selaku Sekretaris Kajian dan Pengembangan Sumberdaya Manusia Nahdlatul Ulama (Lakpesdam NU) Semarang.

Kemenkumham Bali

Kemudian narasumber kedua Mochamad Sinung Restendy, M.Pd.I, Founder Spirit Dakwah Indonesia, yang juga Dosen di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

“Habernas mengonsep medsos awalnya adalah public sphere (ruang publik) benar, namun sekarang menjelma menjadi ruang kepentingan, baik kepentingan idiologi, ekonomi bahkan kepentingan agama. Maka penting sekali diadakannya pembelajaran literasi digitalisasi secara masif, meskipun diberbagai platform manapun sudah pernah disampaikan, namun perlu sekali literasi digital disuakan dan di publikasikan” jelas Agus Khunaifi, yang juga Dosen di UIN Walisongo Semarang.

Agus Khunaifi mengatakan, saat ini media sosial (medsos) menjadi rujukan pertama di masyarakat dan tekhnologi seperti TV radio sudah mulai ditinggalkan. Padahal, menurutnya medsos ada sisi gelapnya yang jarang diketahui masyarakat.

“Misalnya seni berbohong yang tidak sesuai moral masyarakat meskipun kalimatul haq urida bihal batil (kalimat yang hak tetapi jigunakan untuk tujuan yang batil). Maka akan menuju ke dalam ekstrimisme dan selanjutkan akan dekat dengan radikalisme,” terangnya.

Foto:dok.Mahasiswa KKN UIN Walisongo

Sementara itu, Sinung mengatakan, cara menyikapi medsos yang baik harus menjaga jarak secara intens agar tidak mudah terjerumus ke dalam radikalisme. Mengetahui paradoks dari bermedsos sehingga dapat memilah informasi dan menjadi user yang bijak.

”Karena radikal tidak hanya muncul dari agama saja namun dari sosial, politik, dan ekonomi. Terlebih radikalisme dominan karena kefanatikan, berfikir secara radikal dengan gerakan fundamental serta pemahaman tekstual dalam memahami agama,” ujar Sinung.

BACA JUGA  Jaringan TPPO Menyusup di Pengungsi Rohingya, Memperoleh Keuntungan Hingga Rp3,3 Miliar

Di penghujung acara, Abdullah Faiz menyimpulkan bahwa radikalisme mudah merasuki masyarakat karena dangkalnya pemahaman agama. Karena mendapatkan dalil-dalil dari manapun dirasa benar, akhirnya mendapatkan konsep merasa benar sendiri.

“Pamahamilah ilmu agama secara total, filter berita apa saja yang masuk dan sanad adalah bagian dari agama sangat penting pada siapa kita berguru pada siap kita mengambil sebuah agama, itu adalah citra sanad dalam dunia pendidikan,” pungkasnya.(rkm)

Tinggalkan Balasan