BANDUNG-JABAR, SUDUTPANDANG.ID – Manajemen Yayasan Margasatwa Tamansari (YMT) baru di bawah kepemimpinan John Sumampauw menegaskan bahwa video yang beredar di media sosial mengenai kondisi bayi orang utan bernama Tama di Bandung Zoo (Kebun Binatang Bandung), Jawa Barat adalah tidak berdasar.
“Kami menanggapi video yang beredar di media sosial mengenai kondisi bayi orang utan bernama Tama di Bandung Zoo. Video tersebut mengklaim Tama kelaparan dan dikunci di ruangan tanpa ‘keeper’ (perawat satwa) pada Rabu (6/8/2025) pagi. Kami tegaskan, bahwa klaim ini adalah tuduhan yang tidak berdasar dan sengaja menyesatkan publik,” kata Humas Bandung Zoo manajamen YMT baru, Ully Rangkuti dalam taklimat media yang diterima di Bandung, Senin (11/8/2025).
“Kami melihat ini sebagai bentuk framing yang amat jahat terhadap manajemen Yayasan Margasatwa Tamansari (YMT) di bawah kepemimpinan Bapak John Sumampauw,” tambahnya.
Untuk itu, pihaknya memberikan klarifikasi terhadap tiga klaim utama, yakni”
Pertama: Klaim Kelaparan
Tuduhan bahwa Tama kelaparan adalah tidak benar. Berdasarkan log harian, pada Rabu pagi tersebut, Tama telah diberi makan pada pukul 06:0 WIB. Saat ini, di usianya yang hampir 8 bulan, Tama tidak hanya mengonsumsi susu pengganti, tetapi juga makanan padat. Kombinasi ini menjamin kebutuhan nutrisinya terpenuhi sepenuhnya, membuatnya lebih tahan dari rasa lapar hingga jadwal makan berikutnya.
Seperti yang dijelaskan oleh dokter hewan yang merawat Tama sejak lahir, drh. Josephin Bernadette, secara logis, bayi yang kenyang akan tidur dengan nyaman dan nyenyak.
“Jika anakan orang utan kelaparan, dia akan menangis, berteriak, atau merangkak keluar dari boksnya mencari pertolongan. Teriakan anakan orang utan itu sangat keras dan seharusnya terdengar dari luar pintu,” katanya.
Namun, dalam video yang beredar, Tama justru awalnya terlihat tertidur dengan nyaman, lalu terbangun karena keributan orang-orang yang masuk ke ruangan, bukan karena kelaparan. Tidak ada suara tangisan yang mengindikasikan Tama kelaparan.
Yang terdengar justru narasi-narasi provokatif dari para oknum, seperti “kasih minum, kasih makan, ngopiiiii…”.yang disambung dengan suara tawa. Hal ini memperkuat dugaan pihaknya bahwa video ini dibuat dengan niat buruk dan bukan karena kepedulian.

Kedua: Klaim “Dikunci”
Ruangan tempat Tama dirawat memang dikunci, jika tidak ada keeper yang bertugas. Ini adalah prosedur standar operasional (SOP) di klinik satwa yang bertujuan ganda: pertama, untuk mencegah satwa keluar dari ruangan; dan kedua, untuk memastikan tidak ada orang yang tidak berkepentingan masuk ke area perawatan.
Oleh karena itu, tuduhan “dikunci” merupakan misinterpretasi yang disengaja terhadap prosedur keselamatan satwa.
Ketiga: Klaim Mengenai Manajemen
Penyebaran video ini bertepatan dengan upaya Ketua Pengurus YMT, John Sumampauw, untuk mengamankan aset Pemkot Bandung.
Saat tim bantuan keeper dari manajemen baru sedang bertugas memberikan pakan dan membersihkan kandang, oknum-oknum dari manajemen lama merangsek masuk dan mengusir mereka.
“Kami sangat menyayangkan hal ini dan menduga ada keterkaitan kuat antara insiden pengusiran tersebut dengan video yang disebarkan,” katanya.
Karena itu, pihaknya meminta masyarakat untuk bijak dan berhati-hati dalam menyikapi isu yang berkembang.
“Kami meyakini, video ini adalah bagian dari upaya sistematis untuk merusak reputasi kami. Kami berkomitmen penuh pada transparansi dan kesejahteraan satwa,” demikian Ully Rangkuti. (PR/02)