Masyarakat Akuakultur Indonesia Tolak Rencana Jepang Buang Limbah Nuklir ke Laut

Masyarakat Akuakultur Indonesia
Ketua Umum Masyarakat Akuakultur Indonesia (MAI), Prof. Rokhmin Dahuri (tengah) bersama Sekjen MAI, Denny D Indrajaya dan Sekjen Gerakan Nelayan Tani Indonesia (GNTI) M. Amma Bonapon (kanan) Foto:istimewa

JAKARTA, SUDUTPANDANG.ID – Masyarakat Akuakultur Indonesia (MAI) tegas menolak rencana Pemerintah Jepang yang akan membuang limbah dari bekas reaktor nuklir Fukushima Daiichi ke laut. MAI menilai, tindakan Negeri Sakura itu bukan hanya membahayakan eksosistem laut, tapi juga berdampak bagi manusia.

“Kami dari Indonesia menyuarakan penolakan rencana Pemerintah Jepang yang akan membuang air limbah radio aktif ke lautan Samudera Pasifik. Ini tidak boleh terjadi, karena sangat berbahaya,” kata Ketua Umum MAI, Prof. Rokhmin Dahuri, dalam keterangan pers kepada awak media di Jakarta, Selasa (27/6/2023).

Kemenkumham Bali

Menurut Rokhmin Dahuri, penolakan MAI bukan tanpa alasan. Pasalnya, limbah cair dari reaktor nuklir sangat berbahaya bagi ekosistem laut, dapat mematikan ikan dan biota laut lainnya yang hidup di laut.

Ia menjelaskan, limbah cair nuklir mengandung radioaktif tritium, cesium-137, dan carbon-14. Berdasarkan keterangan Tokyo Electric Power Company (Tepco) bahwa limbah cair nuklir yang akan dibuang tersebut mengandung cesium-137 dengan kadar (konsentrasi) sebesar 18.000 becquerel per kilogram.

BACA JUGA  China Minta Jepang Buang Air yang Terkontaminasi Nuklir ke Samudra Pasifik

“Kadar sebesar ini 180 kali lipat lebih besar dari ambang batas konsentrasi Cs-137 yang dibolehkan di dalam ekosistem laut,” jelas Guru Besar Pengelolaan Sumber Daya Kelautan IPB University itu.

Rokhmin menerangkan, limbah nuklir (radioaktif) ini akan masuk ke dalam sistem rantai makanan, yang akhirnya akan terakumulasi di dalam jaringan tubuh manusia yang mengkonsumsinya.

“Seperti yang telah menimpa korban limbah nuklir (radioaktif) bom atom Sekutu di Kota Hiroshima dan Nagasaki dan limbah nuklir dari Reaktor Nuklir Chernobyl, dampak limbah nuklir itu memakan korban jiwa ribuan manusia dan dampak berbagai jenis penyakit, terutama kanker dan mutasi genetic, yang bersifat jangka panjang kepada manusia yang terpapar limbah radioaktif,” ungkap Rokhmin didampingi Sekjen Masyarakat Akuakultur Indonesia (MAI), Denny D Indrajaya dan Sekjen Gerakan Nelayan Tani Indonesia (GNTI) M. Amma Bonapon.

“Mengingat waktu paruh radioaktif ini sangat lama dan limbah nuklir ini akan terbawa oleh arus dan gelombang laut ke seluruh laut dunia, maka ini tidak hanya akan membahayakan kehidupan di sekitar lokasi pembuangan, tetapi juga bangsa-bangsa lain di dunia,” sambung Menteri Kelautan dan Perikanan Kabinet Gotong Royong itu.

BACA JUGA  Pulihkan Ekosistem, Pendakian ke Gunung Ciremai Ditutup Sementara TNGC

Peran Pemerintah

Ketua DPP PDI Perjuangan Bidang Kelautan dan Perikanan ini juga meminta kepada Pemerintah Indonesia untuk berperan aktif menggagalkan rencana Jepang.

“Mayoritas negara-negara di sekitar Samudera Pasifik sudah menolaknya. Bukan hanya kami yang menolak, masyarakat dunia khususnya para aktivis lingkungan tegas menolak rencana Pemerintah Jepang yang akan membuang limbah nuklir ini,” tegas pria kelahiran Cirebon lulusan Institute Pertanian Bogor (IPB) itu.

Seharusnya, lanjutnya, Pemerintah Jepang mengelola limbah nuklir tersebut dibanding cara berbahaya dengan membuangnya ke laut.

“Ada alternatif tekonolgi lain pembuangan nuklir yang lebih aman secara lingkungan hidup maupun kesehatan manusia. Jepang kan negara maju teknologinya masa dengan cara konyol membuang limbah nulir ke laut,’ pungkasnya.

BACA JUGA  Wiwiek Hargono Apresiasi Kebaikan Jabar Bergerak

Sebagai informasi, Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Fukushima yang terletak di Kota Okuma di Distrik Futaba, Prefektur Fukushima, Jepang, terdampak gempa bumi dahsyat dan tsunami pada 11 Maret 2011 silam. Akibat bencana itu, menyebabkan tiga reaktor rusak. Air pendinginnya terkontaminasi dan bocor terus menerus. Air tersebut dikumpulkan dan disimpan dalam tangki yang kapasitas maksimumnya sampai pada awal 2024. Tokyo Electric Power Company (TEPCO) Holdings menyatakan bahwa pihaknya telah memasang bagian terakhir dari terowongan bawah laut yang digali untuk melepaskan air limbah radioaktif ke lepas pantai.(Erfan/01).