Tri Indroyono

Mengenal Sosok Pak Hanif, Pemilik ‘Warung Kopi Kejujuran’ di PN Jakarta Timur

Mengenal Sosok Pak Hanif, Pemilik 'Warung Kopi Kejujuran' di PN Jakarta Timur
Hanif, pemilik 'Warung Kopi Kejujuran' di PN Jakarta Timur.(Foto: Paulina Pasaribu)

“Berapa tahun lalu saya musnahkan buku-buku utang orang di warung, dan saya anggap lunas semua.”

JAKARTA, SUDUTPANDANG.ID – Bagi yang sering ngopi sembari menunggu jadwal sidang di Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Timur, pasti mengenal sosok satu ini. Terlebih para jurnalis senior yang bertugas meliput di PN Jakarta Timur, keberadaannya sangat familiar.

Kemenkumham Bali

Dia adalah Pak Hanif, pemilik “Warung Kopi Kejujuran” yang sudah berjualan kopi sebelum PN Jakarta Timur menempati gedung baru di Jl. Dr. Sumarno No.1 Penggilingan, Cakung.

Di usianya yang tak lagi muda, pria berusia 64 tahun asal Kebumen, Jawa Tengah itu masih tetap semangat mengais rezeki dari minuman kopi merakyat.

Baginya bekerja dan mendapatkan uang yang halal buat keluarga di kampung halamannya adalah tanggung jawab sebagai suami dan ayah dari tiga orang anak.

Terkait julukan “Warung Kopi Kejujuran”, sebutan itu disematkan oleh mereka yang biasa nongkrong di warungnya. Banyak yang setelah minum kopi ditinggal pergi.

“Kenapa disebut warung kejujuran? Sering kali orang pesan kopi habis minum ditinggal pergi, entah karena sibuk atau pura-pura lupa, saya tidak pernah tagih bayarannya, prinsipnya dibayar syukur tidak dibayar juga tidak masalah, toh rezeki sudah ada yang atur,” tuturnya saat berbincang santai dengan wartawan Sudutpandang.id, Kamis (21/11/2024).

“Berapa tahun lalu saya musnahkan buku-buku utang orang di warung, dan saya anggap lunas semua,” ungkapnya sambil tertawa.

Selain berjualan Pak Hanif juga sebagai marbot di musholla yang berada di belakang gedung PN Jakarta Timur. Setiap waktu sholat, suaranya yang khas terdengar mengumandangkan adzan.

“Saya mulai buka warung kopi tahun 1981, PN Jaktim masih berada di Jalan Tenggiri Rawamangun, kemudian pindah ke Pulomas. Pada tahun 2011 pindah ke Penggilingan Jalan Sumarno,” ungkap Pak Hanif yang mengaku hanya lulusan SD.

Ia pun menceritakan kisahnya saat Ketua PN Jakarta Timur dijabat Waluyo pada tahun sekitar tahun 1990.

“Sekitar tahun 90-an, waktu Ketua PN Pak Waluyo pernah disuruh kerja sebagai office boy, bersih-bersih sambil jualan kopi,” ucapnya.

Ia mengatakan, pelanggan setianya adalah para pengacara, jaksa, wartawan, bahkan hakim setiap hari selalu menikmati kopi buatannya.

Pak Hanif juga memahami beragam karakter yang datang ke pengadilan. Ia juga jadi saksi berbagai peristiwa. Banyak hal yang dilihatnya, tapi semuanya tidak membuat dirinya merasa sok tahu. Kadang kala dengan candaan, ia menasihati orang yang sudah dekat dengannya supaya tetap rendah hati.

“Alhamdulillah, setiap minggu kirim uang untuk keluarga di kampung halaman, dan sesekali pulang kampung untuk melepas rasa rindu. Dinikmati dan tentunya semua harus kita syukuri,” ucapnya bersyukur.(Paulina/01)

BACA JUGA  Terbukti Bersalah, Hakim PN Jaktim Vonis Yudha Arfandi 20 Tahun Penjara