LAMPUNG, SUDUTPANDANG.ID – Muktamar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) ke 34 resmi dibuka, Rabu (22/12/2021). Hingga kini, hanya dua calon kandidat ketua umum yakni Kiai Said Aqil Sirodj dan Yahya Cholil Staquf.
Keduanya saling klaim didukung mayoritas pemilik hak suara di muktamar. Pendukung Said Aqil, Sudarto menyebut sejak Selasa malam, kubunya telah mengantongi 327 suara.
“Jam 00.00 WIB Selasa malam saja pendaftaran baru mencapai 510 Pemilik Suara. Pada saat yang sama para Koordinator kiai SAS (Said Aqil Siradj) masing-masing mengadakan pertemuan dengan para Ketua PCNU yang berada di bawah kendalinya. Totalnya 327 pemilik Suara dari PCNU. Daftar hadirnya komplit,” ujar Sudarto di Bandar Lampung, Rabu (22/12/2021).
Bendahara Umum Ikatan Alumni Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (IKA PMII) ini melanjutkan, 24 PWNU sudah bersilaturahim bersama Said Aqil Siradj di kompleks perumahan Gunung Terang Lampung.
“Kemarin mereka klaim 16 PCNU se- Jawa barat mendukung GYS. Kemudian diralat turun hanya 10 PCNU pada hari yang sama. Padahal faktanya mereka hanya mendapatkan 5 suara PCNU saja,” tuturnya.
Sementara, sebanyak 447 PWNU dan PCNU diklaim mendukung Gus Yahya. Dukungan itu disampaikan saat bersilaturahmi dengan Gus Yahya menjelang muktamar NU ke 34 di Lampung, Selasa (21/12/2021) malam.
Pertemuan tersebut sekaligus membacakan ikrar dukungan kepada Gus Yahya. Poin pertama, mendukung penyelenggaraan Muktamar NU ke 34 di Lampung berjalan secara damai sejuk dan bermartabat. Kedua, mendukung penyelenggaraan muktamar sesuai dengan protokol kesehatan.
“Ketiga, mendukung KH Yahya Cholil Staquf menjadi Ketua Umum PBNU masa khidmat 2021-2026,” demikian ikrar yang dibacakan peserta.
PWNU tersebut juga sempat menyampaikan jumlah PCNU yang memberikan dukungan kepada Gus Yahya. Di PWNU Bengkulu, ada 10 cabang yang 100 persen bulat memberikan dukungan kepada Gus Yahya. Kemudian 13 cabang di Kalimantan Selatan cabang juga mendukung Gus Yahya.
Sementara, Gus Yahya menyampaikan kesiapannya untuk menghidupkan lagi masa kejayaan NU seperti era kepemimpinan KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur.
“Kita merindukan kejayaan Gus Dur. Tapi Gus Dur sudah tiada, dan tidak ada serorangan pun yang bisa menggantikannya. Maka saya ingin mengajak untuk menjadi satu barisan untuk berupaya secara bersama-sama menghidupkan Gus Dur,” ungkap Gus Yahya.
Gus Yahya mengajak kesempatan muktamar sebagai ajang untuk membangun kesepakatan bahwa akan bekerja bersama dalam satu barisan, satu langkah, dan satu ujian yaitu masa depan yang lebih baik bagi NU, bagi Indonesia, bagi Islam, dan bagi peradaban dunia dengan cara menghidupkan Gus Dur.(red)