PCBA-TSI Berbagi Keberhasilan Pengembangbiakan Spesies Burung Berkicau Terancam Punah di ASTSG

Burung
Peserta lokakarya Kelompok Spesialis Perdagangan Burung Kicau Asia (Asian Songbird Trade Specialist Group/ASTSG) Badan Dunia untuk Perlindungan Alam (International Union for Conservation of Nature/IUCN) Komisi Kelangsungan Hidup Spesies (Species Survival Commission/SSC)) pada 21-24 Juni 2024 di Yogyakarta. FOTO: HO-Panpel ASTSG

BOGOR-JABAR, SUDUTPANDANG.ID – Pusat konservasi burung berkicau Prigen Conservation Breeding Ark (PCBA) di lembaga konservasi “ex-situ”(di luar habitat alami) Taman Safari Prigen (TSP) berbagi keberhasilan pengembangbiakan spesies burung berkicau asli Indonesia yang terancam punah di forum Kelompok Spesialis Perdagangan Burung Kicau Asia (Asian Songbird Trade Specialist Group/ASTSG) Badan Dunia untuk Perlindungan Alam (International Union for Conservation of Nature/IUCN) Komisi Kelangsungan Hidup Spesies (Species Survival Commission/SSC)) pada 21-24 Juni 2024 di Yogyakarta.

“Kami turut terlibat secara aktif di dalam pertemuan ASTSG ini sejak awal,” kata koordinator peneliti TSP-PCBA, Keni Sultan dalam taklimat media kepada sudutpandang.id di Cisarua, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Jumat (28/6/2024).

Kemenkumham Bali

Sebelumnya, konservasionis satwa liar yang juga Komisaris TSI Group dan Koordinator Umum Forum Konservasi Satwa Liar Indonesia (FOKSI), Tony Sumampau menyampaikan bahwa akibat perdagangan dan perburuan, sejumlah burung berkicau endemik Indonesia statusnya mengalami penurunan populasi dan berkecenderungan terancam punah.

Keni yang mewakili TSI bersama kurator burung TSP-PCBA, Jochen K Menner menjelaskan bahwa dalam forum internasional ASTSG — yang dibuka secara resmi oleh Kepala Subdit Pengawetan Jenis, Direktorat Konservasi Keaneragaman Hayati Spesies dan Genetik, Kementerian Lingkungan HIduo dan Kehutanan (KLHK) Dr Badi’ah M.Sc itu — memaparkan keberhasilan pengembangbiakan berbagai spesies burung berkicau terancam punah asli Indonesia.

BACA JUGA  Legislator Ingatkan Syarat Masuk PPDB Afirmasi Harus Miliki KJP Plus

Disampaikan bahwa upaya yang dilakukan adalah reintroduksi burung jalak suren (Gracupica jalla) tahun 2022, jalak putih (Acridotheres melanopterus) tahun 2016, kacamata wangiwangi atau Wangiwangi white-eyed (Zosterops paruhbesar) tahun 2024 dan keterlibatan dalam berbagai kegiatan penelitian yang ditunjukkan TSP-PCBA, yang menjadi salah satu anggota penting di ASTSG ini.

Ia menambahkan sesuai dengan keahliannya di bidang pengembangbiakan spesies, reintroduksi dan penelitian, maka TSP-PCBA berbagi informasi dan masukan di subgrup konservasi dan translokasi pemuliaan, serta penelitian lapangan (Breeding Conservation and Translocation, and Field Research).

IUCN SSC ASTSG ini, kata dia, dibentuk untuk mencegah kepunahan burung berkicau terancam punah di alam akibat perburuan tidak berkelanjutan dan perdagangan burung berkicau yang semakin mengkawatirkan.

Di samping itu, kelompok para spesialis burung berkicau ini akan bersinergi dengan berbagai lembaga untuk mengatasi dampak dari perdagangan dan mencari solusinya agar ancaman yang terus meningkat terhadap spesies burung berkicau dapat diatasi.

BACA JUGA  Indonesia-KDEI Taipei Tangani Pemulangan 5 ABK Ditahan di Taiwan

Hal ini, mengingat ancaman yang dihadapi burung kicau memiliki banyak sisi dan membutuhkan berbagai strategi yang berbeda namun terkoordinasi, kata Keni Sutan.

Dukungan kolaborasi

Kasubdit Pengawetan Jenis, Ditjen Konservasi Keaneragaman Hayati Spesies dan Genetik KLHK, Badi’ah saat membuka lokakarya yang dihadiri 46 orang anggota ASTSG dan lebih dari 30 orang non-anggota
mengemukakan pentingnya dukungan dan kolaborasi.

“Dibutuhkan dukungan dan kolaborasi berbagai pihak dalam konservasi spesies burung berkicau di Indonesia,” katanya.

Pertemuan ASTSG itu juga dihadiri perwakilan pemerintah dari negara Singapura, Malaysia, serta Indonesia selaku tuan rumah, serta perwakilan dari IUCN lainnya seperti Birdlife International dan Konvensi Perdagangan Internasional Spesies Fauna dan Flora Liar yang Terancam Punah (Convention on International Trade In Endangered Species of Wild Fauna and Flaura/CITES).

Secara umum, pertemuan ini terbagi atas 2 agenda, yaitu hari pertama (21/6) berupa diseminasi hasil kerja konservasi dan berbagi pengalaman khusus spesies burung berkicau dalam bentuk seminar umum dan diskusi panel.

BACA JUGA  Pengamat Pertanian: Kejagung Mesti Periksa Semua Kasus Impor Usai Tom Lembong Tersangka

Di samping itu juga untuk menguatkan kolaborasi dan keterhubungan antarkegiatan dari berbagai pihak yang terlibat.

Selanjutnya, pada tiga hari berikutnya (22-24/6), lebih didedikasikan untuk lokakarya bagi anggota ASTSG yang kemudian disebar ke dalam 5 subgrup sesuai minat dan keahlian masing-masing.

Adapun subgrup tersebut, antara lain konservasi dan translokasi pemuliaan, serta penelitian lapangan, regulasi perdagangan burung berkicau, legislasi dan penegakan hukuam, serta keterlibatan komunitas, komunikasi dan pendidikan.

Lokakarya para anggota ASTSG tersebut dilaksanakan dalam rangka menyusun perencanaan kerja yang akan menentukan arah kerja kelompok spesialis ini untuk kurun waktu delapan tahun ke depan, yakni pada 2024-2031. (02/Red)