“Penggunaan CCTV secara masif saya rasa mutlak diperlukan. Upaya preventif lainnya adalah pelatihan dan kolaborasi semua stakeholder pariwisata.”
DENPASAR, SUDUTPANDANG.ID – Ketua DPD RI AA La Nyalla Mahmud Mattalitti buka suara terkait perilaku negatif dan pelanggaran hukum oleh turis asing di Bali yang jadi sorotan publik termasuk netizen.
Menurut La Nyala, masalah sosial di sektor pariwisata ini bisa menjelma jadi gangguan keamanan dan ketertiban masyarakat berat. Semua stakeholder atau pihak terkait harus mengupayakan mitigasi dan proteksi destinasi wisata secara maksimal.
“Ini harus menjadi perhatian semua stakeholder pariwisata. Salah satunya kasus wisatawan jadi bandar narkotika di Bali, dimana ini jadi ironi industri pariwisata. Sebab, kasus ini muncul di Bali yang merupakan salah satu ikon pariwisata dunia. Dampak negatif yang ditimbulkannya tentu sangat besar. Pariwisata itu sangat sensitif, ada gangguan sedikit saja bisa langsung berimbas ke mana-mana,” kata La Nyalla setiba di Denpasar, Bali untuk menghadiri FGD tentang Kebudayaan, Selasa (28/5/2024).
Sebagai informasi, FGD tersebut rencananya akan digelar di kantor perwakilan DPD RI Provinsi Bali, pada Rabu (29/5/2024). FGD tersebut mengusung tema, “Kebudayaan Sebagai Jati Diri Bangsa: Tantangan Global, Ketahanan Budaya dan Pancasila”.
Mantan Ketua KADIN Jatim itu melanjutkan, dampak yang ditimbulkan dari perilaku negatif oknum WNA di Pulau Dewata. Kondisi itu dapat memunculkan perasaan tidak aman pada destinasi wisata.
“Dampak jangka panjangnya adalah penurunan indeks kenyamanan dan keamanan destinasi, yang akibatnya dapat menurunkan angka kunjungan wisatawan. Hal buruk lainnya adalah rusaknya citra dan reputasi destinasi wisata Bali,” kata LaNyalla.
“Dampak negatif berikutnya, tentunya problem ekonomi. Jika jumlah wisatawan dari kalangan menegah atas menurun, maka aktivitas ekonomi juga akan terdampak. Karena daya beli turun akibat transaksi dalam jumlah besar juga berkurang. Pada akhirnya yang dirugikan juga Bali dan Indonesia,” sambung Senator asal Jawa Timur itu.
Ia pun menyarankan agar penguatan keamanan dan pengawasan lebih ditingkatkan. Langkah ini bisa dijalankan dengan peningkatan kualitas dan kuantitas personel keamanan di area destinasi. Sekaligus adanya call center pariwisata.
“Penggunaan CCTV secara masif saya rasa mutlak diperlukan. Upaya preventif lainnya adalah pelatihan dan kolaborasi semua stakeholder pariwisata,” kata pria kelahiran Jakarta lulusan Universitas Brawijaya Malang itum
La Nyalla juga meminta kepada pihak terkait juga mengedepankan pendidikan dan menumbuhkan kesadaran. Ia sepakat Indonesia harus mengejar target peningkatan jumlah wisman, namun di satu sisi juga mengatur mereka dengan baik. Seperti dilakukan di beberapa negara lain.
Seperti diketahui, banyak unggahan di media sosial maupun platform media mainstream terkait dengan kelakuan negatif turis mancanegara. Bahkan sejumlah netizen menyebut Bali sedang dijajah dan dilecehkan oleh wisman. Mulai dari kelakuan WNA yang ugal-ugalan di jalan, penampilan tak sopan, aksi mesum di tempat terbuka, bahkan mengotori tempat ibadah penduduk Bali.(AD/01)