SUDUTPANDANG.ID – Wakil Ketua Dewan Keamanan Rusia, Dmitry Medvedev, mengungkapkan bahwa sejumlah negara disebut siap memasok senjata nuklir ke Iran, sebagai respons atas serangan udara Amerika Serikat (AS) ke beberapa fasilitas nuklir Teheran.
“Sejumlah negara siap untuk memasok Iran dengan senjata nuklir mereka,” ujar Medvedev dilansir Sudutpandang.id dari kanal Telegram resminya, Minggu (22/6/2025).
Pernyataan itu dirilis hanya beberapa jam setelah Presiden AS Donald Trump mengonfirmasi bahwa pasukan Amerika telah mengebom tiga lokasi nuklir utama milik Iran, yakni di Fordow, Natanz, dan Isfahan.
Serangan udara tersebut menjadi babak terbaru dalam eskalasi konflik antara Iran dan Israel yang kian membara sejak 13 Juni 2025. Medvedev menyebut serangan militer ini justru memicu efek sebaliknya bagi AS dan sekutunya.
“Fasilitas nuklir Iran tampaknya hanya mengalami kerusakan minimal. Upaya pengayaan uranium dan pengembangan senjata nuklir Iran kemungkinan tetap berjalan,” kata Medvedev.
Ia juga menyoroti dampak politik dari serangan ini. Menurutnya, kepemimpinan Iran justru terlihat semakin solid di mata publik domestik, sementara AS dinilai telah terseret ke dalam konflik besar baru yang bisa mengancam stabilitas kawasan.
Kritik Tajam untuk Trump
Dalam pernyataan pedasnya, Medvedev mengecam Trump karena bertindak berlawanan dengan janji kampanyenya yang mengusung perdamaian.
“Bagaimana mungkin seseorang yang menyerang negara lain bisa dianggap pembawa perdamaian? Hadiah Nobel Perdamaian tampaknya semakin jauh dari jangkauannya,” sindir Medvedev.
Korban Perang Iran vs Israel
Kementerian Kesehatan Iran melaporkan sedikitnya 430 warga tewas dan lebih dari 3.500 luka-luka akibat rentetan serangan Israel yang disokong AS sejak pertengahan Juni.
Di sisi lain, otoritas Israel mengklaim bahwa lebih dari 25 orang tewas dan ratusan lainnya luka-luka akibat serangan balasan Iran dengan rudal dan drone.
Situasi di Timur Tengah kini menjadi sorotan dunia internasional. Isu pasokan senjata senjata nuklir ke Iran berpotensi memicu ketegangan baru yang melibatkan kekuatan global, termasuk Rusia dan negara-negara mitranya.(01)