“Saya akan siap membantu Masyarakat Adat Dayak merumuskan bersama akan memanggil para Gubernur di lima Provinsi di Pulau Kalimantan dan tokoh masyarakat Adat Dayak dan Sultan ikut mengawasi serta mengawalnya.”
JAKARTA, SUDUTPANDANG.ID – Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Muhammad Tito Karnavian, menerima kunjungan Pengurus Majelis Adat Dayak Nasional (MADN) di kantornya, Jl. Merdeka Utara, Jakarta, Jumat (18/3/2022). Presiden MADN Marthin Billa memimpin langsung rombongan dalam silaturahmi sekaligus audiensi dengan Mendagri tersebut.
Mendagri mengucapkan terima kasih atas kunjungan pengurus MADN bersama para tokoh asal Pulau Kalimantan lainnya.
Pada kesempatan itu, Tito menyampaikan pemohonan maaf karena tidak bisa menghadiri acara pelantikan Pengurus MADN yang dilaksanakan pada bulan November 2021 lalu.
“Terkadang saya sudah berpakaian lengkap, siap akan hadir dan berangkat, tapi ada panggilan dari Istana, mohon maaf jadi tidak bisa menghadiri acara,” tutur eks Kapolri ini, yang saat itu menugaskan Asisten 1 Mendagri menghadiri acara pelantikan pengurus MADN.
Dalam sesi perkenalan, Tito sempat berseloroh bahwa dirinya merasa sungkan bertemu dengan Presiden MADN.
“Saya serba salah dan sungkan di hadapan saya, ada Presiden, masalahnya saya Menteri takut nanti dianggap berpindah,” candanya yang disambut gelak tawa semua yang hadir dalam Aula lantai 2 Gedung Kemendagri.
Dalam diskusi yang berlangsung santai dan penuh keakraban itu, Presiden MADN Marthin Billa juga mengucapkan terima kasih atas waktu dan kesempatan yang diberikan Mendagri.
“Terima kasih Pak Tito Karnavian, yang telah menerima kami, bertemu dengan MADN, Kesultanan Paser dan Kesultanan Banjar. Salam hormat dari Pak Teras Narang Presiden ke-1 MADN dan Pak Cornelis Presiden ke-2 MADN serta Sultan Kutai Kartanegara yang berhalangan hadir,” ucap Marthin Billa, yang juga anggota DPR-RI.
Hadir dalam kunjungan tersebut, anggota Dewan Pertimbangan MADN Tamunan Kiting, Ketua Dewan Pakar MADN Alue Dohong, Sekjen Yakobus Kumis, Bendahara Umum Mikhael mewakili DAD Kaltara, Ketua DAD Kalbar Jakius Sinyor, Ketua DAD Kaltim Zainal Arifin, Ketua DAD Kalsel Abdul Kadir,
Kemudian, Perwakilan DAD Kalteng Thoesang Asang Perwakilan DAD yang juga Ketua Bidang Kebudayaan dan Pariwisata MADN, Sekum DAD DKI Jakarta Lawadi Nusah Sekum, Perwakilan Pemuda Dayak Kalimantan Decky Samuel, Perwakilan Perempuan Kalimantan Yosita Wisman, dan Tokoh Spiritual Dayak Kalimantan N.Ch Saiyan Tokoh Spiritual Dayak Kalimantan.
Hadir juga H. Aji Muhammad Jarnawi, Sultan Paser dan Gusti Addy Rachmany mewakili Sultan Banjar.
Aspirasi

Selanjutnya, Ketua Dewan Pakar MADN Alue Dohong, menyampaikan maksud dan tujuan bertemu Mendagri. Ia menjelaskan, ada 7 (tujuh) Aspirasi, usulan dan harapan MADN serta Kesultanan di Pulau Kalimantan untuk disampaikan kepada pemerintah.
“Usulan kami sebagai upaya yang dapat dilakukan bersama dalam rangka membangun sumber daya manusia dan mendukung program pemerintah yang saat ini telah menetapkan Sepaku, Kabupaten Penajam Paser Utara sebagai Ibu Kota Nusantara,” jelas Alue Dohong, yang juga Wakil Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
Ia mengungkapkan, histori akan kultur budaya Dayak yang terdiri dari 405 sub suku yang termarjinalkan sejak pemerintahan Orde Baru.
“Sampai saat ini masih terasa dampaknya mengakibatkan suku asli Pulau Kalimantan tidak bisa bersaing dengan para pendatang, maka kedepan supaya suku asli Kalimantan ini untuk diberikan prioritas dalam berbagai hal supaya tidak menjadi penonton di tanah kelahirannya sendiri,” ujar Alue Dohong.
Usulan ini, langsung mendapat respon positif oleh Tito Karnavian. Menurutnya usah menjadi kewajiban pemerintah untuk membangun SDM, terlebih untuk orang Dayak.
“Karena kemampuan itu bukan diukur oleh agama, keyakinan atau faktor suku, tapi faktor mau belajar dan sungguh-sungguh, seperti contoh Brunai di Kalimantan dan Singapura wilayah mereka sangat kecil tapi tingkat kemakmuran mereka di atas negara lain, hal ini perlu kita contoh,” terang Tito.

“Dubai di Uni Emirat Arab, mereka juga sama tidak mampu, tapi diberikan kesempatan belajar di universitas terkenal di Amerika dan Inggris. Sampai ribuan orang akhirnya begitu tamat pulang kampung dengan gelar dan pendidikan yang mumpuni akhirnya mengalahkan orang yang pertama menjadi manajer dan direktur di kotanya,” sambungnya.
Mendagri juga mencontohkan di Morowali, Sulawesi Tengah, yang saat ini industri kebanyakan orang dipegang masyarakat lokal yang dilatih terus menerus dengan kebijakan pemerintah sehingga akhirnya bisa bekerja.
“Saya banyak pengalaman saat menjadi Kapolda di Papua bekerja sama para bupati mencari pemuda-pemudi di sekolah untuk dididik dan dilatih, sehingga saat ikut Akpol banyak yang lolos dan terpilih, tidak asal terima dengan kualitas rendah, jika dipaksakan akan gagal dan berbahaya,” ucapnya.
Ia berkeyakinan bila anak-anak di Pulau Kalimantan dilakukan pola yang sama dengan mencari dan mendatangi tiap sekolah-sekolah dan ikut dilatih dengan pembiayaan kerja sama dari para Bupati pasti akan bisa bersaing.
Siap Membantu
“Saya akan siap membantu Masyarakat Adat Dayak merumuskan bersama akan memanggil para Gubernur di lima Provinsi di Pulau Kalimantan dan tokoh masyarakat Adat Dayak dan Sultan ikut mengawasi serta mengawalnya. Dana Pendidikan dan Kesehatan itu lumayan tinggi 20 % jangan dananya hanya dipakai untuk pengadaan membeli barang akhirnya tidak terpakai jadi barang rongsok,” ujarnya.
“Lebih baik dana itu digunakan untuk membangun SDM, tidak bermasalah dan jangan dikorupsi. Saat ini pemerintah juga menggiatkan supaya tidak stunting, janin dalam kandungan ibunya hingga lahir usia seribu hari wajib untuk bayi diberikan asupan makan bergizi,” pungkas Tito.
Acara kemudian dilanjutkan dengan bertukar cindramata. Tito Karnvian mengenakan rompi dan topi manik-manik khas Dayak. Kemudian menerima plakat dan buku yang ditulis sendiri oleh Presiden MADN Marthin Billa.
Mendagri juga memberikan plakat kepada Marthin Billa, Sultan Paser, Perwakilan Sultan Banjar dan acara berakhir dengan sesi foto bersama di halaman Pintu Utama Gedung A Kemendagri.(lwd/rkm)