JAKARTA, SUDUTPANDANG.ID – Ketua Satgas Covid-19 Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) Zubairi Djoerban memastikan mutasi Covid-19 varian Delmicron yang belakangan santer dibicarakan publik bukanlah sebuah varian baru dari virus corona.
Adapun penamaan varian Covid-19 tidak bisa sembarangan lantaran harus resmi diumumkan Badan Kesehatan Dunia (WHO). Sejauh ini belum ada penamaan varian Delmicron dalam situs resmi WHO.
“Delmicron bukanlah varian baru dari virus corona seperti Alpha atau Beta,” kata Zubairi melalui cuitan di akun twitter pribadinya @ProfesorZubairi.
Zubairi kemudian menyinggung sejumlah negara yang mengalami lonjakan kasus Omicron sangat cepat dan masif seperti di Amerika Serikat. Varian Omicron ini bahkan sudah menyalip kasus-kasus varian Delta di sejumlah negara.
Varian Delta diketahui sempat menyebabkan lonjakan kasus Covid-19 di banyak negara.
“Artinya, Delmicron cuma istilah yang mengacu pada situasi di mana Delta dan Omicron membuat lonjakan kasus di wilayah tertentu, kayak di Amerika. Di sana Omicron menyumbang 73 persen dari total kasus baru,” lanjut Zubairi.
Terpisah, Epidemiolog dari Universitas Griffith Dicky Budiman juga menyebut varian Delmicron merupakan hoaks yang lahir dari teori asal-asalan. Ia kemudian mengatakan varian baru covid-19 bisa dipantau di GISAID, yang bisa dipantau lewat situs resminya.
“Itu hoaks ya harus hati-hati, delmicron itu lahir dari konspirasi atau teori yang menghubungkan dan mengaitkan antara Delta dan Omicron,” ujar Dicky, Minggu (26/12).
Dicky melanjutkan, saat ini tidak ada perkawinan antara dua varian tersebut. Saat ini yang ada yaitu rekombinan di Brasil antara Gama dengan turunan atau subvarian dari Delta. Ia juga menambahkan, apabila membahas varian baru, biasanya penamaan varian hanya dilakukan WHO
“Penamaanya berpatokan pada huruf Yunani dan di huruf Yunani engga ada Delmicron. Jadi itu benar hoaks dan tidak ada dasar rujukannya,” ujarnya.
Sebelumnya ramai diberitakan media terkait istilah Delmicron yang merujuk pada penggabungan Delta dan Omicron. Namun hingga kini, belum ada penelitian atau klaim resmi dari WHO maupun Kementerian Kesehatan terkait istilah tersebut.