JAKARTA, SUDUTPANDANG.ID – Dalam rangka memperingati 100 tahun lahirnya sastrawan Pramoedya Ananta Toer, Menteri Kebudayaan (Menbud) Fadli Zon membuka kegiatan “Festival Blora Seabad Pramoedya Ananta Toer” yang berlangsung di Blora, Jawa Tengah.
Dalam taklimat media yang dikutip di Jakarta, Senin (10/2/2025) disebutkan Festival Blora Seabad Pramoedya Ananta Toer sendiri dibuka Menbud di Pendopo Rumah Dinas Bupati Blora, Kamis (6/2)
Menurut Fadli, Pramoedya Ananta Toer telah banyak melahirkan karya-karya yang berkontribusi pada perkembangan sastra di Indonesia seperti pada buku berjudul “Bumi Manusia”, “Gadis Pantai”, “Jejak Langkah”, dan “Rumah Kaca”.
Ia menyoroti kutipan yang pernah ditulis Pramoedya yakni “Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, maka ia akan hilang dari masyarakat dan dari sejarah”.
“Hal ini mengajarkan kepada kita semua, terutama generasi muda, bahwa menulis adalah bekerja untuk keabadian dan orang yang tidak menulis maka akan hilang dari peradaban,” katanya.
Kegiatan yang dibuka pada Kamis (6/2) ini menampilkan berbagai kegiatan seperti dialog kebudayaan, peresmian patung dan sketsa Pramoedya Ananta Toer, pemutaran film “Bumi Manusia”, konser, monolog, dan berbagai pementasan bertempat di Pendopo Bupati Blora.
Menbud menyampaikan apresiasi atas Pramoedya Ananta Toer sebagai tokoh yang memberikan inspirasi dalam perjalanan kesusasteraan Tanah Air, bahkan dunia.
Ia berharap warisan yang dituliskan Pramoedya Ananta Toer melalui karya-karyanya dapat terus menjadi inspirasi bagi seluruh pihak dan secara lebih luas berkontribusi bagi kemajuan bangsa dan kemanusiaan.
Selain membuka Festival Blora Seabad Pramoedya Ananta Toer, Menbud juga berkunjung ke Blora Art Space dan meresmikan pameran patung dan sketsa Pramoedya Ananta Toer sebagai bagian dari rangkaian kegiatan tersebut yang menampilkan berbagai karya seni rupa modern yang menggambarkan perjalanan Pramoedya.
Ia menilai Pramoedya Ananta Toer mampu menggugah kesadaran kolektif masyarakat melalui cerita yang mendalam dan penuh makna tentang perjuangan, kemanusiaan, serta identitas bangsa dalam berbagai tulisannya.
“Karya-karya Pram bukan hanya sekadar buku, melainkan sebuah cermin dari perjalanan bangsa Indonesia yang penuh liku yang saya rasa dapat menjadi inspirasi kita semua,” demikian Fadli Zon. (Ant/02)