Sukses HPN Banjarmasin Berkat Waja Sampai Kaputing

Catatan Irwan Effendi Siregar Peraih PCNO 2025 dari Riau

RIAU, SUDUTPANDANG.ID – SETELAH transit selama 10 jam di Bandara Soekarno-Hatta, pesawat Citilink yang kami tumpangi mulai menembus kegelapan malam menuju Banjarmasin. Ada perbedaan waktu selama satu jam dengan Indonesia bagian barat. Sehingga kedatangan kami di Indonesia bagian tengah ini membuat malam terasa menjadi semakin larut.

Kemenkumham Bali

Ini merupakan kali kedua saya mengunjungi kota bermotto: “Waja Sampai Kaputing.” Bukan kata-kata yang saru. Artinya cukup patriotik: tekad membaja hingga akhir.

Lima tahun lalu saya juga datang ke ibukota Provinsi Kalimantan Selatan ini. Untuk acara yang sama. Peringatan Hari Pers Nasional (HPN) 2020.

Waktu itu saya bisa ikut karena turut membuat tulisan di sebuah buku yang diterbitkan panitia. Tentu gembira rasanya. Bisa piknik sejauh ribuan kilometer dari Pekanbaru, tanpa mengeluarkan biaya sama sekali. Bahkan juga diberi uang saku, meski hanya sekadarnya.

Kendati begitu, hati kecil ini terasa agak perih saat acara pemberian penghargaan Pers Card Number One (PCNO) kepada wartawan dari seluruh daerah. Dari Riau ada lima penerimanya.

BACA JUGA  Kemerdekaan Pers: Dewan Pers Dilarang Minta Perusahaan Pers Melakukan Pendaftaran!

Hati saya terasa teriris karena sebelumnya saya sudah diminta mengisi formulir untuk mendapatkannya. Ternyata kemudian para peraih kartu utama itu adalah kawan-kawan yang masih lebih yunior. Baik dari segi usia, pengalaman kerja maupun prestasi di bidang jurnalistik.

Setelah sekian tahun memendam kekecewaan, akhirnya luka tersebut bisa terobati pada peringatan HPN 2025 ini. Plt PWI Riau berinisiatif mengajukan nama-nama wartawan senior di Riau yang layak mendapatkan PCNO. Bukan asal main comot saja. Deretan nama yang diajukan umumnya adalah para senioren yang sudah cukup lama berkecimpung di dunia kewartawanan.

Panitia di pusat akhirnya memilih enam orang dari Riau. Jumlah ini cukup banyak. Sebab, dari seluruh tanah air yang terpilihlah hanya 18 orang. Mereka adalah: Tun Ahyar, Fahrunnas MA Jabbar, Irwan E. Siregar, Luzi Diamanda, Eka PN, dan Satria Batubara.

Pemilihan keenam ‘jawarah’ di bidang pers ini kelihatan tidak tendensius karena suka atau tak suka, seperti yang sering terjadi sebelumnya. Sepakterjang jurnalistik keenamnya tidak diragukan lagi. Selain itu, mereka juga sudah membuat buku sebagai salah satu persyaratan untuk mendapatkan PCNO.

BACA JUGA  PWI Jaya Usulkan 6 Penerima PCNO 2022, Ini Daftarnya

Pemberian kartu pers nomor satu ini memang hanya salah satu bagian dari acara pesta kaum jurnalis tersebut. Kendati sedang terjadi dualisme kepimpinan di kepengurusan PWI, namun tak mengurangi kemeriahan acara HPN 2025 yang dipusatkan di Banjarmasin. Tiga puluhan pengurus PWI dan ribuan anggota dari daerah, tumplek di kota ini. Bahkan tokoh pers terkemuka Dahlan Iskan ikut berpartisipasi selama beberapa hari memberikan pencerahan di berbagai kegiatan, sehingga membuat acara terasa kian bergengsi.

Menteri Kebudayaan, Fadli Zon, tampaknya juga tak mau ketinggalan. Ia ikut berpartisipasi mulai dari malam Gala Dinner hingga pada puncak acara yang berlangsung keesokan harinya di halaman Kantor Gubernur Kalimantan Selatan. Menteri Zulkifli Hasan jadi pembicara pada seminar Ketahanan Pangan. Sedangkan Ketua MPR Ahmad Muzani juga ikut hadir memeriahkan HPN tersebut.

Banyak pesan-pesan bernas yang diberikan Dahlan Iskan, Fadli Zon, Zulkifli Hasan, Ahmad Muzani, dan pejabat-pejabat setempat. Sayangnya kemeriahan acara tersebut agak terusik karena sebagian kawan-kawan yang berseberangan membuat acara yang sama di Pekanbaru. Menjadi tandingan, tentunya. Namun, ketua PWI Pusat, Hendri Ch Bangun, mencoba membesarkan hati para anggota dengan menyebutkan acara di sana sifatnya hanya lokal. Setiap daerah memang membuat perayaan HPN di daerah masing-masing. Tidak ada pembatasan.

BACA JUGA  Surat Terbuka OC Kaligis ke Jaksa Agung, Ungkap Dugaan Korupsi Proyek Kartu Prakerja Rp 5,6 Triliun

Salut kepada Bung Hendri Ch Bangun, Ketua Panitia Pelaksana, Raja Parlindungan Pane, dan seluruh jajaran kepanitiaan. Dengan tekad pantang menyerah sesuai motto: Waja sampai Kaputing, helat akbar ini pun berlangsung dengan meriah.***